Pesta Diksi Seni Bahasa

 

Materi malam ini sungguh luar biasa, dibawakan narasumber dan moderator muda dan cantik. Moderator  Ibu Widya Arema membuka pelatihan menulis KBMN 28 hari ke 18 dengan menyampaikan beberapa kalimat, Diksi adalah pilihan kata di dalam tulisan yang digunakan untuk memberi makna sesuai dengan keinginan penulis. Diksi dan Puisi dua kata yang tidak bisa terpisahkan. Dengan diksi puisi semakin bernyawa. Dengan diksi pula membuat hati yang dingin menjadi menyala dalam suka cita.

Sobat literasi yang luar biasa, sebentar lagi kita akan kembali  mereguk manisnya ilmu dari narasumber Ibu Maydearly yang akan membahas “Diksi dan Seni Bahasa”. Agar terhimpun hamparan hikmah dari tutur narasumber hari ini yang luar biasa.

 

SAHABAT

Oleh : Widya Setianingsih

 S ayap kami saling menyangga

A rungi berdua gemerlap letihnya dunia

H adirkan setiap warna membungkam resah yang ada

A baikan setiap mata munafik yang bersorak dalam duka

B iarkan tangan kami saling tergenggam, menguatkan dalam balutan doa

A tau mentertawakan takdir yang dengan seenaknya mengatur hilir mudik nestapa

T ak usah dengarkan mereka, cukup bersamamu hatiku jauh dari gulana.

 

Moderator menyampaikan karya indah  Maydearly dalam balutan diksi indah nan menawan berikut ini.

 

Senja Mengukir Cinta

Oleh: Maydearly

 Deru angin dalam semilir

Mengukir ruang resah

Tentang senja paling gulita

Yang membawa rasa untuk dia.

  

Untuk rembulan dalam temaram

Ku titipkan singasana cinta

Berceloteh tentang rindu

Yang bersembunyi dalam diam.

 Sunyi bertahta dalam gelap

Hampa riak suara, kelabu

Hanya menandu rindu

Dari cinta yang berselimut dingin.

 

Rasa cinta yang tetap terjaga

Bak bersanding dengan alam

Menjadi singgasana keabadian

Membumi dengan lubuk paling dalam.

 

 Untuk dia, ku jaga rasa

Memeluk rindu seabad

Ku sampaikan dalam maya

Agar terukir cerita paling menawan.

 

Keindahan diksi dalam tulisannya. Seolah saya dibawa terbang menuju negeri fantasi Menggugah rasa syahdu, rindu yang berwarna-warni. Ada manis yang enggan ku lepas, ada rintik yang enggan ku sudahi. Akhirnya hatiku memilih dia Sang Penjaga Hati. Hingga kini jalinan rasa itu terpintal dalam riang dan sendu. Memadu dalam satu kata SAHABAT.

Menurut moderator, bagaimana tidak jatuh cinta padanya. Rayuannya selalu membuatku terbuai. Berikut  adalah kutipan rayuan Maydearly padanya.

Aku menyerumu dalam maya, merupa wajah dalam doa dan bismillah.

Dengan cinta engkau mengubahku.

Karena cinta selalu bisa mengubah apa yang selama ini sulit dirubah.

Terimakasih selalu menjagaku dalam doa, dibandingkan dengan cintamu bahkan semesta pun nampak kerdil di pelupuku.

I Love You to the Moon and Back

 Maydearly

Selanjutnya narasumber memulai materi dengan menyampaikan kalimat diksi,  biasanya hujan, namun malam ini matahari digantikan jutaan bintang dalam gelap yang memijarkan rindu.

Sahabat adalah kata sederhana yang acap kali merapal makna dalam jiwa. Pada sahabat kerap kita terbangkan kepingan kisah yang tersusun rapi. Sahabat adalah ia yang paling mengerti hati kita dalam lara nan pekat, meski kerap kita tancapkan luka, sang sahabat akan membalas dengan seribu pelukan.

 

Terkadang dalam hidup ada robekan paling tidak sopan yang menenggelamkan kita dalam tangisan, namun seorang sahabat membawa kita tertatih berjalan dan mengambil sisa tawa untuk masa depan. Menguatkan lewat doa dan menggenggam dengan Bismillah.

Gerimis itu masih kamu, pelan-pelan membasahi dengan sejuk yang tak ingin kusudahi. Terimakasih Bestie ku tersayang, aku mengenalmu dari deret huruf sebagai batas ucap yang mempesona.

Lewat beranda virtual engkau goreskan kata, menjadi sebuah warna. Meski ada sapa yang ku abaikan, namun engkau perjuangkan  hingga sang tunas pun muncul, bunga semerbak harum matang buah sedap nan ranum. Kau merawatnya, menyirami tanpa hitungan.

Narasumber menyampaikan,  izinkan saya meminjam waktu dengan jemari yang berlarian  di atas layar kaca. Sebuah materi Diksi dan Seni Bahasa semoga menjadi cemilan yang menawan di pembuka malam nan elegan.

Berharap, malam ini menjadi malam yang paling teduh yang kita dapatkan. Ditemani dengan secangkir kopi yang mempertemukan kita di satu meja virtual. Sebuah tempat dimana sang emoticon menjadi persembahan sebagai tanda perkenalan dari Maydearly, begitu tutur  narasumber.

 

Begitu pula moderator membalas diksinya, malam ini terasa lebih istimewa, Maydearly sebuah nama tanpa titik koma, ia menyadur makna diantara serpihan kata yang melahirkan karya. Tak perlu di tanya alamat blog nya hanya lewat sebuah karya dia pernah berbicara, merupa, menulis, bercerita, dan berdoa sebagai rupa sejarah untuk masa tua. Malam ini  adalah rentetan senja yang patut kita raih dengan 'Bismillah'. Berharap ada candu setelah temu, sehingga kita bisa dipersatukan oleh pijakan bumi, dan saling bercabang di ujung mimpi.

 

Narasumber memulai materinya dari istlah, diksi – akar katanya dari bahasa Latin: dictionem. Kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi diction. Kata kerja ini berarti: pilihan kata., maksudnya, pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif, sehingga tulisan tersebut memiliki ruh dan karakter kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan pembacanya.

 

Dalam sejarah bahasa, Aristoteles – filsuf dan ilmuwan Yunani inilah yang memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot. Gagasannya itu ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam Poetics– salah satu karyanya. Seseorang akan mampu menulis indah, khususnya puisi, harus memiliki kekayaan yang melimpah: diksi puitis. Gagasan Aristoteles dikembangkan fungsinya, bahwa diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis puisi, tapi juga bagi para sastrawan yang menulis prosa dengan berbagai genre-nya.

 

William Shakespeare dikenal sebagai sastrawan yang sangat piawai dalam menyajikan diksi melalui naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan romantisme dipadu tragedi. Diksi Shakespeare relevan untuk menulis karya yang bersifat realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak lekang digilas zaman.

 

Mengapa Diksi begitu penting dalam kajian sebuah bahasa? Sebab banyak keindahan  atas sebuah kata yang tak tereja oleh bibir. Diksi bak pijar bintang di angkasa yang menunjukan dirinya dengan kilauan, mempesona dan tak membosankan.

 

Terkadang banyak penulis yang merasa takut dalam memulai sebuah tulisan, terkadang lidah kita merasa kelu untuk menulis sesuatu yang menakjubkan. Ada keraguan yang dibungkam sebelum diterjemahkan dalam bahasa. Apakah harus jatuh cinta dulu biar gampang menulis diksi ?Enggak juga  sing penting peka dan baper, tutur narasumber.

 

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam diksi:

1. Sense of Touch adalah menulis dengan melibatkan indera peraba. indra peraba dapat digunakan untuk memperinci dengan apik tekstur permukaan benda, atau apapun. Penggunaan indra peraba ini sangat cocok untuk menggambarkan detail suatu permukaan, gesekan, tentang apa yg kita rasakan pada kulit. Aplikasi indra peraba ini juga sangat tepat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat, seperti angin misalnya. Atau, cocok juga diterapkan untuk sesuatu yang kita rasakan dengan menyentuhnya, atau tidak dengan menyentuhnya.

 Contoh: Pada pori-pori angin yang dingin, aku pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi

 

2. Sense of Smell adalah menulis dengan melibatkan indra penciuman hal ini akan membuat tulisan kita lebih beraroma. Tehnik ini akan lebih dahsyat jika dipadukan dengan indra penglihatan.  

Contoh: Di kepalaku wajahmu masih menjadi prasasti, dan aroma badanmu selalu ku gantungkan dilangit harapan

 

3. Sense of Taste adalah menulis dengan melibatkan indra perasa. Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita. Penggunaan indra perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan, atau sesuatu yg tercecap di lidah.

Contoh:

Ku kecup rasa pekat secangkir kopi di tangan kananku, sembari ku genggam Hp tangan  kiriku. Telah terkubur dengan bijaksana, dirimu.

 

4. Sense of Sight adalah menulis dengan melibatkan indra penglihatan memiliki Prinsip “show, don’t tell". Selalu ingat, dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekadar menceritakan semata). Buatlah pembaca seolah-olah bisa “melihat” apa yang tengah kita ceritakan. Buat mereka seolah bisa menonton dan membayangkannya.  Prinsip utama dan manjur dalam hal ini adalah detail. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentuknya, ukurannya, umurnya, kondisinya.

Contoh: Derit daun pintu mencekik udara ditengah keheningan.

 

5. Sense of hearing adalah menulis dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita. Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana? Dengarlah, lalu tuliskan. Mungkin, inilah sebab mengapa banyak penulis sukses yang kadang menanti hening untuk menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara. Sebuah tulisan yang ditulis dengan indra pendengaran akan terasa lebih berbunyi, lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar.

Contoh:

Derum kejahatan yang mendekat terasa begitu kencang. Udara hening, tetapi terasa berat oleh jerit keputusasaan yang dikumandangkan bebatuan, sebuah keputusan yang menghakimiku untuk tak lagi merinduimu.

 


Acap kali dalam menulis kita hanya melibatkan otak kita sebagai muara untuk berpikir tanpa kita dengar, tanpa kita rasa, tanpa kita raba, jika terkadang sesuatu di pelupuk mata bisa menjadi rongga untuk mencumbu tulisan kita.

Mengapa kita selalu melihat kursi yang kita duduki dengan pandangan yang begitu sederhana? Sesekali buatlah ia mempesona dan anggun. Di atas kursi ini, aku pernah memeluk ratapan bagaimana menungguimu dengan sebuah doa takdim.

 

Narasumber memberikan tantangan untuk menulis dengan diksi. Setiap apapun yang kita lihat, sesekali kita rasakan, kita raba, bahkan kita ampu kan sebagai sebuah senyawa yang mampu bersuara. Yakin, masih terasa sulit menulis diksi? Silahkan mulai  menulis sesuatu yang terlihat di hadapan dengan melibatkan kelima panca indera. Boleh juga menulis tentang malam. Yuk... Buka mata, alirkan dalam nadi, dan tarikan dengan jemari. Dan beberapa hasil tulisan pun disampaikan peserta seperti  berikut  ini:

 

Sahabat dalam suka, namun kadang merobek jiwa.

Tetap saja sahabat yang menanti dekapan erat saat tinta dunia menggores tak terperikan.

Sahabat relung hati terhampar luas saat aku membutuhkan pundaknya.

Tetaplah bercahaya dalam kegelapan.

Wajahmu terkadang siap menerkam, tapi sayangmu menghujam tajam. Belajar diksi akan kulumat sampai habis...

Malam ini memancarkan cahaya harapan. Sekian lama kelam tanpa aroma kasturi.

Bau kemenyan dan dupa berangsur menghilang. Sirna terhapus oleh hadirmu.

Malam ini ku tercenung

Membaca kalimat demi kalimat yang mendayu menyejukkan hati.

Seakan tak kuasa beranjak dari layar kasih penuh makna

Terimakasih sahabatku yang telah memberi ilmu di malam syahdu ini.

 

Memanah Bintang

Karya Rismalasari

 

Nun jauh di angkasa

Kelipmu goda hasrat diri

Tuk meraih mimpi

Bergumul dalam awan pengharapan

Bertaruh waktu perjalanan

 

Nun jauh gemintang malam

Cahaya mu semu hadirkan ragu

Tuk capai harapan

Berbagai rancangan dibiaskan

Berbagi waktu terlenakan

 

Hadirmu laksana memanah bintang

Jika telah lewat masa

Harapan pun kan hilang

Berganti pagi menjelang

 

 Ketika senja memeluk malam dengan dekapan yang tak ingin terlepas.

Ada naluri ingin berbagi kasih yang tak mungkin tertunda lagi.

rasa rindu untuk menatapmu, agar tak lepas dari pandangku,

setiap materi  yang tertuai dilayar aku tatap tampa mengedipkan mata.

  

Jari jemariku menari lentik di atas hamparan huruf huruf yang berbaris, seakan - akan memberi irama pada malam yang syahdu.

Seorang wanita berbaju merah menatap fokus layar laptop merahnya tanpa mempedulikan suara bising dari iklan yang berteriak-teriak menjajakan dagangan.

Rasa letih yang datang di ujung telapak kakinya tak lagi terasa. Hanya keinginan segera menyelesaikan tugas malam ini yang terpatri dalam pikiran.

Sekelebat bau seduhan kopi hangat terbayang dibenaknya.

Ia pun berpaling sejenak untuk menyegarkan pikirannya dengan seteguk pahit manis dari cangkirnya.

 

 Ketika jiwa terasa sepi

Seakan terbayang dirimu dihadapnku

Ingin rasanya kupeluk kesah dirimu

Tapi apa daya diriku kepadamu

Hanya bisa kuratapi diriku membangkitkanmu

 

 Kutatap mendung di mata yang senantiasa teduh itu.

Seolah awan bergelayut dan hampir saja meritik deras.

Ku dekati di yang terlihat galau berkaca.

Ya. Muridku yang selalu ceria kini berubah menimbulkan sejuta tanya.

Pink mewakili hatimu,

Yang merekah bak bunga yang terselip ditelinga kembang desa

Bukan karena cinta mu yang membara lalu padam oleh penantian jawaban.

Tapi, pink lambang kebahagian yang engkau utarakan saat segala ucapan abis namun tak cukup mewakilkan...

Pink warna indah mengumumkan berapa engkau menebar pesona keindahan.

Pink adalah meydearly.

 

Berlayar dalam lautan ilmu

Berlabuh di samudera persahabatan

Berselancar di dunia maya yang punya banyak makan

Kini ku terpatri oleh tulisan" bermakna oleh sang guru Diksi

Membawa angan ku ke negeri langit yang berprestasi.

 

 

Inikah Cinta

Inikah arti cinta untukku

Kini aku menaruh harap padamu

Meski itu hanya segenggam

 

Cukup bagiku meski segenggam

Yang kan membuatku tegak  berdiri

Kini di usiaku yang sudah menua

Tuk selalu bisa  ada di sisi buah hatiku

 

Luka yang kau tanam di hati

Meski jauh sudah ku kubur

Namun tega kau buka dan kau torehkan kembali

Hingga terasa laksana kau tabur garam di atas luka

Kau toreh luka di atas lukaku

 

Ku harap segenggam itu cinta tulus

Cukup bagiku tuk ku berani manatap wajahmu

Walau sungguh berat ku timbang rasa ini

Antara cinta, kasih dan sayang atau benci

 

Ku balut lagi sekuat jiwa

Ku yakinkan lagi diriku tentang kebersamaan

Ku kuatkan raga tuk mampu menatapmu

Meski taburan luka seakan memenuhi lahir batinku

 

Tak guna kata sesal

Karna takdir menggiringku

Tak guna kata keluh kesah

Karena semua sudah tersurat sah

Menjadi takdir yang ku jalani

 

Narasumber menyampaikan ,  setelah mencoba kita akan yakin, setelah yakin Pasti Bisa

Did you know a true writes is someone that never feeling down. Seberapa sulit hal yang kita hadapi she's never give up. Ia sama sekali tak putus asa, selalu berusaha mencoba dan terus mencoba.

Seberapa sulit ia menata perasaan nya, she's always create a good idea ia selalu menumbuhkan ide –ide baru.




Narasumber menyampaikan , mohon doa untuk buku terbaru Maydearly yang sebentar lagi launching

Tuhan membawa pesona Sang Astuti lewat celah barisan kehidupan. Astuti  mengembara lewat kata, tawa, dan dilatasi warna. Diiringi bunyi menukik yang mencumbui keheningan, ia menjejakkan kaki dalam prosa bertajuk pelangi. Astuti, di aroma tanpa irama kisahnya menggantung di langit mengepung jutaan bintang, liar dan berbinar menelusup otak dan jemari. Astuti mengendap lepas dari jenuh eligi kehidupan, tentangmu patut direguk tanya.

 

Selanjutnya narasumber menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana caranya kita untuk bisa membuat diksi yang indah dan bisa menyentuh kalbu?  mencoba menulis dengan melibatkan kelima panca indera.

Adakah kamus atau buku yang berisi diksi? Kamus untuk Diksi belum ada. Tapi ketika kita sering membaca tulisan dengan aroma diksi, kita akan piawai berdiksi.

Bagaimana menyingkirkan keraguan kalau tulisan diksi kita ini pantas untuk di baca? tulis saja, abaikan semua keraguan, lihat, rasakan, lakukan, tulis seindah jemari mampu mengubah isi hati.

 

Apakah Diksi dan Puisi ada pada tatanan akal pikiran? Diksi tak hanya untuk puisi. Bukankah struktur manusia terdiri dari jasad, akal fikiran, fuad, luf dan ruh? Bagaimana cara agar bisa dengan mudah merenda kata sehingga siapapun yang membacanya menggetar dan terpincut hatinya menjadi gundah gulana. Bagaimana Diksi itu bisa masuk dalam pelataran logika, karena logika adalah akal yang digerakan sebuah ruh. Tulisan adalah hasil karya dari sebuah jasad yang diperintah oleh otak, kemudian ia menapaki kalbu sebagai jejak untuk bersuara. Suara itu tak selalu tentang ucapan, pula sebuah tulisan dengan segala keindahannya.

 

Bagaimana tips untuk menambah diksi untuk pemula dan apakah langkah awal untuk memulai sebuah puisi?. dengan memperbanyak muara baca. Semakin banyak bahasa yang kita sentuh, semakin kaya padanan kata/diksi yang bisa kita jumpai. Jadi, siaplah dengan memulai dan membaca.

 

Apa ada syarat-syarat ketepatan diksi dilihat dari seni bahasanya? disini penekannya pada diksi tak selalu untuk puisi. Diksi dijabarkan sebagai kekayaan bahasa, memaknai kata sebagai bentuk keindahan. Layaknya secangkir Teh, ada hangat yang perlu diresapi karena bahasa adalah jembatan dimana kita bisa mengerti dan saling memahami. Narasumber menyampaikan tulisannya untuk diksi kebanyakan adalah sebuah cerpen.

 

Jika menulis adalah my passion, maka membaca adalah my duty. So bagaimana mengolahnya agar 5 panca indera itu tergali?  terkadang merasakan  tidak cukup?. Panca indera itu melekat dalam jasad kita, kita tak perlu  perintahkan ia untuk memandu hati kita membuat sebuah tulisan yang indah. Tugas kita adalah menerima sinyal dari kelima panca indera tersebut yang kemudian kita bisa jabarkan dalam sebuah tulisan. Ketika kelima indera itu kita libatkan, maka tak ada tulisan yang biasa. Pepatah mengatakan menulislah dengan hat, karena hati mampu menerka indera kita dengan baik.

 

Apakah diksi selalu harus  mengandung arti kiasan? Diksi tak selalu sebuah kiasan, karena ia adalah sebuah padanan kata. Dalam google kentara di sebut dengan sinonim bagaimana tulisan kita tergali dengan baik? Sesekali jangan menulis kata yang kerap orang jumpai. Carilah padanan atau sinonim dari kata yang kita tunjuk.

 

Apakah puisi yang bagus itu yang sulit dipahami? yang menjadikan kita mengernyitkan dahi dalam memahami? Puisi yang bagus itu bukan yang sulit difahami, tetapi memiliki pola arti dan tujuan. Setiap bait mengandung simpulan. Diksi hanyalah sebuah pemanis untuk mempercantik sebuah puisi

Jika kita ingin mengungkapkan suatu rasa dan itu ternyata susah mencari diksi yang pas  manakah yang lebih penting apakah ungkapan rasa yang lebih tepat terungkap atau mencari dulu diksi yang serasi? yang lebih penting adalah ungkapkan rasa yang lebih tepat. Karena rasa lahir dari hati ia tak pernah munafik, setelah rasa itu diutarakan, entah bahagia atau emosi ia akan lahir dalam diksi yang natural.

 

Jika yang kita tulis adalah karya ilmiah, tentu bahasa yang kita gunakan adalah bahasa Ilmiah. Bisa saja sebuah karya ilmiah itu memiliki diksi yang indah apabila karya ilmiah itu menyadur sebuah tema sastra.

 

Bagaimanakah seharusnya sikap seorang penulis diksi ketika keadaan hati dan pikirannya sedang berkecamuk atau tidak baik-baik saja namun bisa tetap membuat tulisan/diksi yang bermakna dan menyentuh hati? Emosi adalah bahasa hati. Biarkan ia mengalir luruh agar sampai pada puncak nan elegan. Menulislah dengan hati yang jujur, karena tulisan yang dicampuri oleh hati, maka ia akan sampai pada hati pembaca. Saya makin emosi biasanya diksinya makin banyak. Makin baper, makin super. Makin Bucin tulisan makin micin (Nano-nano) karena saya selalu libatkan hati.

 

Ketika kita menulis, maka kita adalah seorang subjek yang memberi informasi. Apa yang akan kita tulis itu yang akan dinikmati pembaca, apakah menulis untuk didengarkan pembaca, bukan menulis sesuai keinginan pembaca. Diksi adalah padanan kata, ketika kita biasa menulis dengan bahasa sederhana, contoh 'mengucap' sesekali kita ganti dengan 'merapal'. Lebih aneh, lebih terkesan dan lebih membuat penasaran pembaca.

 

Ketika sekelompok kata tiba-tiba muncul menjadi kalimat yg berhamburan keluar dari hati lewat pikiran dan tertoreh diatas kertas menjadi sebuah catatan, apakah perlu diksi khusus sebagai label atas serangkaian kata yang muncrat mbak lumpur Lapindo ? Ketika Diksi datang berjuntai mengalungi pikiran kita, maka kita hanya perlu menyusun rapi dengan apik. Agar tulisan kita menjadi epik nan menarik,

 

Selanjutnya hari tak terasa semakin malam, moderator menutup acara dengan menggunakan diksi, sobat nusantara yang luar biasa, malam semakin menuntut haknya untuk rehat. Kebersamaan kita memang hanya di udara. Tapi tak menyurutkan  terjalinnya suatu kisah. Ruang dan waktu kita memang beda. Bukan berarti rasa tak boleh sama.

Saat-saat langkah terayun menjauh. Jarak kitapun semakin membentang. Akankah semuanya tinggal kenangan. Atau hanyut terbawa gelombang. Bahkan sirna terkubur oleh waktu.

 

Semoga pertemuan ini adalah awal tegukan yang manis, mengawali cerita di layar kaca, menyusun kepingan kata, dan diseduh dengan rasa bahagia untuk terus belajar berprosa. Karena bahasa adalah jembatan antara hujan dan kemarau yang ketika dibubuhi embun ia menjadi pelangi, indah nan elegan.

 

Para pembaca,  demikian paparan yang disampaikan narasumber. Kalimat kalimatnya sungguh luar biasa, sangat sangat menarik  dan  membuat terkagum-kagum  atas kecerdasan merangkai kalimatnya, sehingga  penulis tidak dapat melepaskan sedikit katapun dari  rangkaian pemaparannya. Semoga bermanfaat.

 


Komentar

  1. Terima kasih telah berkunjung, silahkan memberikan komentar atau masukan

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Praktek Kerja Lapangan (PKL) pengalamanku yang nyata

Usaha Penerbitan Buku

Blog Sebagai Media Dokumentasi Refleksi Diri Siswa