Ibu Raliyanti dari Tim Solid Omjay (TSO) menjadi moderator pada kegiatan KBMN PGRI Angkatan 28 hari ke 26 ini dengan menyampaikan tema yang sangat menarik yang akan disampaikan narasumber, yaitu Menjadi Penulis di Penerbit Mayor yang akan disampaikan oleh Direktur Penerbitan dari Penerbit Andi Yogyakarta, Bapak Joko Irawan Mumpuni. Beliau juga tercatat sebagai anggota Dewan Pertimbangan IKAPI DIY, penulis buku bersertifikat BSNP dan Asesor BNSP.
Selanjutnya narasumber memulai menyampaikan materinya, tidak banyak jumlah Penerbit Mayor di Indonesia. Menjadi penerbit mayor memiliki kriteria yang tidak mungkin dapat diraih dalam waktu pendek, tetapi bisa sampai puluhan tahun. Syarat menjadi penerbit mayor salah satunya adalah harus sudah memiliki judul terbitan buku puluhan ribu judul dan tiap tahunnya harus menerbitkan ratusan judul secara konsisten.
Penerbit adalah Industri kreatif yang didalamnya ada kolabarasi insan-insan kreatif : Penulis, Editor, Layouter, Ilustrator dan desain grafis. Ini adalah bagian dari industri kreatif penerbitan cetak, saat ini dan mendatang akan bertambah insan-insan kreatif bidang lain yang akan bergabung seiring dengan perkembangan dunia penerbitan yang kini sudah mengarah pada Publisher 5,0. yang memanfaatkan teknologi IT untuk menerbitkan karya-karya kreatif.
Ada banyak jenis buku di dunia ini, biasanya klasifikasi jenis buku digambar dengan grafis yang mirip sirip ikan seperti ini:
Dua kategori besar jenis buku adalah buku Teks (buku sekolah-kampus) dan buku Non Teks (buku-buku populer). Buku sekolah disebut buku pelajaran sedangkan kampus disebuat buku Perti (perguruan tinggi). Buku Nonteks dibagi dua lagi menjadi buku Fiski dan Non Fiksi. Buku Perguruan tinggi dibagi dua lagi menjadi buku Eksak dan Non Eksak
Sekarang kita cek pada diri kita masing-masing terkait dengan tulis menulis, kita berada pada level mana dari gambar berikut:
Harapannya setelah mengikuti acara ini sudah berada dilevel paling atas. Industri penerbitan bila digambar utuh lengkap maka ekosistemnya seperti ini:

Namun bila disederhanakan akan menjadi seperti ini:
Tingkat literasi bangsa ini sampai saat ini masih banyak dikeluhkan banyak pihak akibat rendahnya tingkat literasi dibanding negara lain sekawasan. Inilah sebabnya:
1. Minat baca ; budaya baca, kurangnya bahan bacaan, kualitas bacaan
2. Minat tulis: Budaya tulis, tidak tahu prosedur menulis dan penerbitan, anggapan yang salah tentang
dunia penulisan dan penerbitan.
3. Apresiasi Hak Cipta: pembajakan, duplikasi non legal, perangkat hukum.
Bagaimana naskah buku dari awal sampai beredar di pasaran, kita saatnya mengetahui Penerbit yang baik dan Penerbit yang perlu diwaspadai, berikut point-point memilih penerbit yang baik:
1. Memiliki visi dan misi yang jelas
2. Memiliki Bussness core lini produk tertentu
3. Pengalaman penerbit
4. Jaringan pemasaran
5. Memiliki percetakan sendiri
6. Keberanian mencetak dalam jumlah eksemplar
7. Kejujuran dalam pembayaran royalti
Ciri-ciri penerbit yang harus diwaspadai :
1. Hanya bertindak sebagai broker naskah
2. Alamat tidak jelas
3. Tidak ada dokumen perjanjian penerbitan yang baik.
4. Tidak memiliki jaringan pemasaran dan distribusi sendiri
5. tidak memiliki percetakan sendiri
6. Prosentase royalti tidak wajar
7. Laporan keuangan tidak jelas
Nah sekarang mengapa kita harus menulis? Apa sih yang didapatkan ketika penulis tersebut sudah berhasil menerbitkan buku secara profesional dan diterbitkan oleh penerbit yang bereputasi ? ini yang akan didapatkan:
1. Peningkatan finansial: Royalti, diskon pembelian langsung, seminar/mengajar
2. Peningkatan karir: Adanya kebutuhan peningkatan status jabatan, peluang karis di institusi atau
perusahaan
3. Kebutuhan batin: Buku sebagai karya monumental yang akan dikenang sepanjang masa,
4. Reputasi: Buku sebagai karya yang terpublikasiakan meningkatkan reputasi penulisnya.
Pertanyaan besar yang sering muncul adalah apa kriteria agar naskah buku dapat diterima oleh penerbit untuk dapat diterbitkan. Karena tidak semua naskah dapat diterima. Sebagai contoh penerbit ANDI itu tiap bulan menerima naskah masuk bisa sampai 500 naskah. Namun yang diterima untuk diterbitkan hanya 50 Judul saja. Inilah kriteria penilaiannya:
Sistem penilaian di penerbitan:
1. Editorial : bobot sekitar 10%
2. Peluang potensi pasar : bobot sekitar 50%- 100%
3. Keilmuan : bobot sekitar 30 %
4. Reputasi penulis : bobot sekitar 10% - 100%.
Pasti sekarang ada yang bertanya lalu apa yang dimaksut dengan tema populer bagaimana cara menilainya?'tentunya jawabnya dengan data. Salah satu data yang kami pakai adalah trend dari google trend. contohnya:
Apakah buku yang membahas/tema tentang BATU AKIK akan diterima pembaca? dari hasil suvei tema tentang BATU AKIK ternyata sudah tidak menjadi trend lagi. jadi kalau ada naskah buku masuk bertema BATU AKIK saat ini pasti akan ditolak. Lalu bagaimana dengan tema yang lain, misalnya Pemasaran? kata ini bagus pasarnya tidak pernah mengalami titik nadir dan kemudian hilang dari minat masyarakat, namun ternyata judul Pemasaran akan lebih menarik minat jika diganti judul dengan "Marketing".
Hampir semua tema yang ada mata kuliah nya atau ada mapelnya pasti laku di pasaran. Contoh, sekarang era AI, salah satu yang lagi trend adalah Chat GPT, Prof. Eko Indrajit mau menulis buku berkolaborasi dengan makhluk cerdas ChatGPT.
Kalau tadi kita telah bahas bagaimana menegetahui tema-tema yang menarik, sekarang bagaimana cara penerbit mengukur reputasi penulis?. Semua pasti pakai data. Dalam hal ini penerbit memakai data salah satunya dari Google Scholer/Cendekia. contoh : hasil untuk penulis yang bernama Fandy Tjiptono bagus , perhatikan angka- angka sitasinya. Contoh lain, hasil untuk Prof, Jogiyanto. Bagaimana dengan hasilnya bila nama teman teman dimasukan? Penerbit ANDI memiliki syarat minimal jumlah sitasi 2000 agar naskah bisa diterima.
Reputasi penulis ternyata sangat berpengaruh . Ketika Prof.Eko Indrajit ada program menulis bareng dengan guru, semua Penerbit Andi terima. Mengapa? Disana tercantum nama Prof.EkoJi sebagai salah satu penulisnya.
Pertanyaan lain yang sering muncul adalah: bagaimana cara menentukan jumlah cetak atau oplah? Penerbit akan sangat berhati hati jika ada buku-buku yang bertema memiliki Pasar sempit dan Lifecicly pendek, namun penerbit akan senang dengan tema-tema buku yang memiliki Lifecycly panjang dan market lebar. Jadi penerbit akan menerima naskah buku yang memiliki pangsa pasar yang luas.
Ingatlah pesan imam Al ghazali,
Selanjutnya narasumber mulai menjawab pertanyaan dari peserta sebagai berikut:
Alasan apa saja sehingga penilai menolak naskah tersebut tersebut? kebanyakan ditolak karena tema yang ditulis tidak lagi trend atau penulisnya belum memiliki reputasi sehingga menurut penerbit buku itu akan tidak laku..
Apakah tulisan/naskah buku kita dari hasil banyak menukil/mengambil dari referensi terpercaya itu akan lolos oleh seleksi penerbit mayor?. Tidak ada satupun buku ilmiah yang ditulis tanpa referensi sumber yang lain. Jadi buku yang kontennya mensitasi dari buku lain itu sah dan tidak ada pengaruhnya diterima atau tidak, kecuali buku itu hasil plagiasi dari sumber lain, pasti naskah akan kami kembalikan.
Bagaimana caranya kita bisa mengajukan karya kita untuk bisa diterbitkan penerbit mayor, apakah ada syarat dan ketentuannya dan siapa yang bisa hubungi, apakah ada tim sendiri?. Bisa langsung hubungi narasumber, nanti selanjutnya akan dikenalkan/teruskan dengan manajer sesuai lininya. Jadi syarat khususnya tidak ada. Bisa dikirimkan ke kami agar dapat kami review.
Bagaimana langkah awal membuat bisnis penerbit buku? Apa saja yang harus disiapkan ? Buat perusahaan resmi misal CV, mendaptar sebagai anggota IKAPI. Syarat2 dasar tersebut untuk mengurus ISBN. Syarat lain tentunya modal kerja.
Penulis pemula peluangnya sama dengan penulis senior, kadang penulis pemula bak emas yang ditemukan dari dalam lumpur. Saran dari narasumber bergabungnya dengan penulis senior yang mau membimbing dan namanya mau dicantumkan dalam buku itu, contoh pembimbing yang baik hati adalah Prof.EkoJi.
Selain dalam bentuk cetk, penerbit saat ini juga menerbitkan ebook. Sampai saat ini saya belum pernah membeli ebook dari penerbit. Kalau membeli ebook itu bagaimana prosesnya? Apakah ebook itu hanya kita yang sudah beli saja yang bisa membuka/baca? Bagaimana kalau ada yang memberikan kepada orang lain untuk dibaca? apakah ada sanksinya?. Banyak platform atau apliakasi yan menyediakan ebook baik yang gratis maupun yang berbayar. Sampai saat ini belum ada kasus demikian sampai pelakunya dapat sangsi. Menurut narasumber platformnya atau aplikasinya sistem keamanannya yang harus diperbaiki.
Seorang peserta bertanya, saya mengamati beberapa novel yang diterbitkan dan booming. (Kasusnya Bukan penulis yang memang sudah punya nama besar.). Rata-rata mereka para penulis novel itu mereka terlebih dulu menulis di platform online dan sudah memiliki reader online tetap dalam jumlah banyak. Apakah di penerbitan yang Bapak kelola jika akan menerbitkan novel, jumlah viewers online juga menjadi bahan pertimbangan?. Narasumber menjelaskan betul ekosistem yang demikian ini Penerbit akan terhindar dari kerugian karena novel yang diterbitkan tidak laku. Maka ayo nulis terus dan pamerkan diplatform platform gratis untuk mendapatkan banyak calon pembaca..
Menulis itu tidak perlu persiapan, tidak ada syarat-syarat khusus. Maka mulai sekarang menulislah, karena salahpun masih bisa dikoreksi.
Para pembaca, demikian yang dirapalkan narasumber berkaitan bila ingin menjadi penulis di penerbit mayor. semoga bermanfaat. Mari kita menulis dan mengirimkan tulisan kita ke penerbit mayor.
Terima kasih telah berkunjung, silahkan berikan komentar atau saran untuk memperbaiki tulisan ini. Terima kasih..
BalasHapus