Mari menulis buku dari karya tulis ilmiah yang kita miliki

 


Menulis Buku dari Karya Ilmiah, pada hari ke 4  KBMN PGRI Angkatan 28 ini  disampaikan oleh Narasumber kita yang hebat Bapak Eko Daryono, S.Pd,  dan sebagai moderator  Ibu Nur Dwi Yanti, S.Pd.

Moderator membuka acara  dengan mengajak mengingat  salah satu tokoh motivational speaker terkenal dari Amerika John Maxwell, yang menggambarkan passion sebagai “the fuel for will’ atau bahan bakar untuk kemauan. Maksudnya passion mengubah “keharusan” menjadi “kemauan”. Jadi ketika kita sangat menginginkan sesuatu, kita akan menemukan tekad untuk melakukannya dan tidak akan berhenti sampai benar-benar mencapainya.

Nilai komitmen dan konsisten dalam menulis, sama halnya saat kita melakukan suatu analisis, menguji suatu tindak penelitian sehingga terbentuklah laporan dituangkan dalam karya tulis yang kita kenal karya ilmiah. Namun sayangnya terkadang karya ilmiah tersebut hanya tersimpan di loker lemari kita dan di perpustakaan dan terkadang terlupakan.

Malam ini kita akan bersama mengubah karya ilmiah kita menjadi sebuah buku sesuatu yang berharga sehingga pengalaman kita dalam melakukan penelitian dapat dikenal bahkan dapat bermanfaat banyak bagi orang lain. Narasumber yang dikenal dengan panggilan *Mr. Yons * merupakan sosok guru yang bersahaja yang tergerak dan menggerakan dan membawa dampak bagi dirinya serta lingkungan. Selain sebagai pengajar, juga sebagai penulis, narasumber serta memiliki prestasi yang luar biasa.

Sebelum memulai materi, Nara sumber menyampaikan  terimakasih kepada  Ibu Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, SH serta Ibu Dra Sri Sugiastuti, M.Pd. Berkat Allah mempertemukan saya dengan kedua beliau saya akhirnya menjadi narasumber berbagai event kegiatan menulis. Ditambahkan bahwa kilas balik ke kelas Omjay, beliau  juga bagian dari Akademinya Omjay, pada  angkatan ke-12. dan  moderator  pada angkatan ke 24.

Mari kita simak uraian materinya, berikut  contoh yang termasuk Karya Tulis Ilmiah (KTI) Non buku antara lain : (1)KTI bidang akademis untuk mendapatkan gelar : tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi: (2) KTI hasil penelitian : PTK, PTS, best practice, makalah, artikel, jurnal (3) KTI berupa ulasan atau resensi. Sedangkan contoh KTI Buku meliputi : (1) Buku Bahan Ajar : diktat, modul, buku ajar, buku referensi: (2) Buku Pengayaan : monografi, buku teks, buku pegangan, buku panduan: (3) Buku kompilasi : bunga rampai, prosiding.

Ternyata tidak semua KTI itu berupa buku. Memang secara wujud, PTK, PTS, Tugas Akhir, skripsi, tesis, desertasi itu berupa buku, namun bukan buku. Lebih tepatnya adalah laporan hasil penelitian dan sifat publikasinya pun terbatas.

Struktur di atas umumnya dijadikan sebagai standar dalam Menyusun bab-bab dalam KTI meskipun untuk KTI sejenis skripsi, tesis, desertasi, tugas akhir memiliki gaya yang berbeda di setiap kampus.

Seorang peserta bertanya, mengenai perbedaan laporan KTI dan KTI yang dikonversi menjadi buku, Narasumber menjelaskan bahwa secara subtansi isi, tidak ada perbedaan isi laporan KTI dengan isi buku hasil konversinya. Karena sejatinya isi buku mencerminkan keseluruhan isi laporan KTI.

Secara sistematika, tentunya gaya penulisan KTI dengan penulisan buku tentu berbeda. Ada penyesuaian-penyesuaian sistematika KTI yang dikonversi menjadi buku dengan tujuan agar kesannya tidak kaku. Misalnya penomoran tiap sub bab-sub bab.

Secara Bahasa, meski sama-sama ilmiah, hasil konversinya tentu harus dimodifikasi sehingga bahasa dalam bukunya lebih luwes, bersifat lugas dan tidak lagi mencantumkan kata-kata seperti penelitian ini, peneliti, teman sejawat, penulis.

Cara mengkonversi KTI menjadi buku yaitu dengan memodifikasi Judul. Judul KTI umumnya mengandung unsur: variabel penelitian, objek penelitian, dan seting penelitian (baik tempat maupun waktu). Judul buku hasil konversi seperti judul buku-buku yang punya daya tarik dan daya jual harus menarik, unik, mudah diingat, dan mencerminkan isi buku. Kemenarikan judul buku sifatnya subjektif. Misalnya contoh buku konversi dari hasil penelitian saya sendiri. juga  memodifikasi sistematika dan gaya penulisan.

KTI Nonbuku yang berupa laporan hasil penelitian umumnya ditulis dengan sistematika dan penomoran yang baku seperti yang telah saya uraikan di atas. Nah, pada saat laporan tersebut dikonversi menjadi buku, maka harus dimodifikasi gayanya sesuai dengan gaya penulisan buku. Tidak tampak lagi adanya sub bab-sub bab yang membuat isi buku seolah-olah terpisah-pisah.

Pada modifikasi Bab I, yang biasanya “Pendahuluan” boleh tetap dipertahankan judulnya dengan “ Pendahuluan” , boleh “Pembuka” atau kata lain yang menggambarkan kemenarikan buku. Pada konversi PTK yang saya buat, saya rubah pendahuluan dengan “Fenomena Pembelajaran TIK yang tentunya berisi mengenai fenomena sebagaimana isi poin latar belakang dalam naskah laporan aslinya ditambah dengan fenomena kekinian agar pentingnya isi buku dapat ditonjolkan sejak awal sehingga pembaca merasa tertarik untuk membaca keseluruhan isi .Adapun secara struktur, tidak diperlukan lagi sub bab - sub bab seperti latar belakang, permasalahan, tujuan, manfaat dalam bentuk angka-angka. Fokusnya lebih mengeksplor latar belakang

Saat modifikasi Bab II, Saya contohkan isi bab II dari PTK yang saya susun sebagai, buku, susunan bab dan sub bab di atas saya rubah dalam gaya penulisan buku sehingga menjadi beberapa bab.

Saat modifikasi Bab III, substansi bab 3 sebenarnya lebih terfokus pada metode, teknik pengumpulan data (instrumen) serta analisis data. Jika berupa PTK berisi langkah-langkah tindakannya. Ada beberapa alternatif yang dapat diterapkan seperti benar-benar menghilangkan bab III, menginclude bab 3 di bab 2 atau menarasikan bab 3 di awal bab pembahasan.  Menghilangkan bab 3 maksudnya keseluruhan isi bab 3 dihilangkan, sebab bunyi bab 3 sebenarnya bisa dicermati dari isi pembahasannya. Menginclude bab 3 di bab 2 maksudnya konsep pokok terpenting dari bab 3 digabung dalam bab 2.

Misal dari contoh ini, langkah-langkah tindakan saya include di Bab V dengan sub Tahapan Penerapan Every One is Teacher Here Menggunakan Model Tindakan Kelas. Memamg benar membutuhkan  kerja ekstra di bagian Bab III,  butuh mentoring untuk editingnya

Ketika modifikasi Bab IV, b.agian ini sejatinya merupakan bagian inti isi buku, sesuai dengan judul buku. Bab IV tidak lagi menggunakan judul Hasil Penelitian dan Pembahasan, namun disesuaikan dengan konteks buku. Judul buku menjadi pilihan sebagai judul Bab IV.

Dalam contoh yang saya berikan, Bab IV Strategi Tim Quiz Pada buku bab IV dapat dimasukkan tabel, grafik, foto-foto kegiatan maupun hasil penelitian yang menyatu dalam buku. Bab IV tidak lagi berisi data mentah seperti nilai dari setiap siswa berikut namanya. Foto pun hanya sekedar yang dibutuhkan sebagai pendukung dalam Pembelajaran  TIK. 

Misalnya saya pernah mengedit buku hasil lomba Dharma Wanita SMK se Provinsi Jawa Timur. Foto-fotonya full karena memang berisi cara membuat kerajinan, makanan. Pada laporan hasil penelitian, Bab V biasanya diberi judul  “Penutup”. Judul tersebut dapat dipertahankan.  Hanya saja, isi bab tidak hanya simpulan dan rekomendasi (saran) saja, namun ditambahkan temuan yang terkait dengan hasil penelitian. Saya pernah mengedit desertasi yang bagian penutupnya komplit terkait dengan implikasi substansi isi buku

Ketika memodifikasi lampiran, hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan saat mengkonversi KTI menjadi buku ? Pertama, keaslian laporan hasil penelitian. Tindakan Plagiat tidak dibenarkan terlebih karya seperti PTK kadang tidak dicek keasliannya. Namun saat diterbitkan jadi buku, maka penulis harus yakin betul bahwa karya yang akan diterbitkan memang original punya penulis sendiri. Kalau karya seperti skripsi, tesis apalagi desertasi akan langsung ketahuan jika plagiat karena sudah ada generate machine untuk pengecekannya

Kedua , menghindari kompilasi yang terlalu banyak. Include saja pendapat pada ahli yang mendukung substansi ini, sisanya mengembangkan dengan analisis dari sudut pandang penulis. Mengapa demikian, ? karena saat penulis menerbitkan buku dari hasil KTI-nya, secara otomatis dia sedang menyuguhkan bahan pustaka kepada pembaca. Kalau karya seperti skripsi, tesis apalagi desertasi akan langsung ketahuan jika plagiat karena sudah ada generate machine untuk pengecekannya. Kegiatan sekedar meng-copas pendapat asli para pakar perlu dihindari dengan mengubah gaya penulisan kutipan

Ketiga,  memilah dan memilih data yang dipublikasikan. Data matang saja yang disajikan agar buku berbobot dan tidak bombastis.

Keempat, memodifikasi bahasa buku. Hindari pemakaian penanda transisi menurut hal itu sesuai dengan pendapat lebih lanjut si A menyatakan berdasarkan hal tersebut. termasuk menyebutkan kata penelitian ini, peneliti, bahkan penulis

Kelima, hindari pengambilan sumber kutipan berantai atau pendapat yang kurang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Keenam, wajib menuliskan semua daftar pustaka yang dipakai sebagai rujukan dalam buku untuk mendukung keabsahan buku.

Ketujuh, memperhatikan kaidah penyusunan buku ber-ISBN khususnya jika akan dinilaikan untuk KP sesuai Buku 4 PKB.

Dalam contoh yang saya berikan, Bab VI  Strategi Tim Quiz  Dalam Pembelajaran TIK, isi bab tidak hanya simpulan dan rekomendasi (saran) saja, namun ditambahkan temuan yang terkait dengan hasil penelitian.

Beliau menyampaikan, misal modifikasi PTK saya, bab VI : Pembelajaran TIK dengan penerapan strategi Tim Quiz mampu menciptakan iklim belajar yang aktif, interaktif, kolaboratif serta dapat membangkitkan semangat belajar…… Strategi Tim Quiz yang diterapkan dapat berhasil jika ada dukungan ……. Sebaliknya jika dukungan tersebut kurang optimal maka capaian yang diharapkan dari Strategi Tim Quiz ….., maka bagian yang tercetak tebal merupakan implikasi sekaligus rekomendasi di bagian penutupnya.

Jawaban dari beberapa pertanyaan yang ditanyakan peserta latihan dikumpulkan seperti berikut : (1) dalam modifikasi ke buku,  boleh  ada subbab, hanya diupayakan tanpa penomoran agar tidak terkesan kaku:  (2) modifikasi bab. IV dalam laporan penelitian, bisa disamakan atau menjadi jawaban permasalahan: (3) dalam modifikasi lampiran, berarti berupa data hasil analisis atau deskripsi data berupa Instrumen yang mendukung isi: (4) semua kutipan yang diambil dalam isi buku wajib dicantumkan daftar pustakanya. Jika khasanah kekayaan pustaka kurang mendukung maka dapat ditambah tidak harus sama dengan laporan KTI aslinya.

Menarik sekali menyimak pemaparan dari narasumber terkait skripsi atau tesis atau karya ilmiah menjadi sebuah buku solo. Selanjutnya menjawab pertanyaan bagaimana dengan tema P5, bisakah menjadi sebuah buku?, narasumber menyampiakan jika ingin membuat buku penerapan tema P5 didukung dengan aktivitas dan dokumentasi akan sangat menarik.

Pada pembuatan buku, lampiran KTI diubah menjadi instrumen penelitian dan data2 matang, bukan data mentah. Contoh data mentah, misalnya data nilai keseluruhan siswa., sedangkan data matang  seperti  siswa yang mendapat KKM dan di bawah KKM kemudian disajikan dengan grafik. Selanjutnya best practice sangat bisa jadi buku .

 Dari paparan narasumber tentang modifikasi bahasa buku disebutkan bahwa harus menghindari pemakaian penanda transisi seperti kata,  menurut hal itu,  sesuai dengan pendapat,  *lebih lanjut si A menyatakan, berdasarkan hal tersebut, dll. Padahal dalam pengambilan kutipan harus menyebutkan itu dari narasumber, menurut .... sesuai dengan pendapat ..., pertanyaannya bagaimana cara atau teknis untuk menunjukkan bahwa tulisan itu adalah berdasar pendapat ahli? jawaban narasumber , sumber kutipan ditaruh di bagian akhir, seperti model Harvard.

Ada peserta yang bertanya,  saya belum pernah mengubah KTI menjadi buku apalagi untuk kenaikan pangkat, sepertinya memerlukan ketelitian, jawaban narasumber  hindari pengambilan kutipan yg berantai,  Maksudnya kutipan berantai , misalnya Si A seperti dikutip si B menyatakan bahwa...... Intinya ambil sumber pertama. Kutipan dalam buku tidak harus sama persis dengan kutipan di tesis, bisa berkurang bisa bertambah.  dan  dalam  kaidah penyusunan buku ber ISBN,  Buku ber-ISBN biasanya minimal 60 halaman. 

Ketika KTI sudah menjadi buku,  temuan-temuan yang didapatkan sangat bisa dijadikan referral atau referensi. Jadi jangan takut gagal sebelum mencoba. Berdayakan karya kita menjadi buku yang bermanfaat menjadi ladang amal kita.

Prinsipnya agar kita mantap menjadikan KTI menjadi buku adalah : “Menulis itu olah kata dengan rasa, karena menulis seperti berbicara dan teman bicaranya adalah hati.” , sehingga kejujuran adalah hal yang utama.

Nah, sungguh sangat  menarik  bukan pemaparan yang disampaikan narasumber kali ini? semuanya untuk  mengajak kita menjadikan karya tulisan ilmiah menjadi buku yang bisa dibaca secara ringan  dan mudah dalam memahami isinya. Yuk kita coba.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Praktek Kerja Lapangan (PKL) pengalamanku yang nyata

Usaha Penerbitan Buku

Blog Sebagai Media Dokumentasi Refleksi Diri Siswa