Mengatasi Writer"s Block


Perkenalkan pemateri pada kegiatan latihan menulis KBMN PGRI Angkatan 28  hari ke tujuh ini, Ibu Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr., Seorang guru berprestasi dan sangat menginspirasi. Beliau  memberikan materi bertema "Mengatasi Writer's Block", begitu kalimat pembuka yang disampaikan moderator Ibu Raliyanti, S, Sos,. M.Pd. Mengawali pembicaraannya, narasumber menyampaikan  siapa pun yang ingin menjadi penulis andal, maka harus siap dengan prosesnya. Tentu tak bisa instan. karena diperlukan jam terbang yang cukup banyak agar bisa menjadi seperti Omjay, Bunda Kanjeng, Pak Dail, Bunda Aam, Bu Rali, Mr. Bams, Prof. Eko, dan lainnya yang tak bisa saya sebut satu per satu.

Selanjutnya narasumber sharing pengalamannya, beliau sudah senang membaca buku-buku cerita sejak kecil (sebelum SD). Senang menulis sejak di sekolah dasar (dalam buku diary). Lalu saat SMP,  sering mengirim tulisan ke mading sekolah dan pernah menulis cerita di buku tulis yang dibaca bergiliran oleh teman-teman. Atas arahan guru Bahasa Inggris saat itu, beliau  juga menulis diary dalam bahasa Inggris.

Ketika SMA, narasumber masih tetap menulis diary. Beberapa teman dekat yang membaca diarynya sempat berkomentar bahwa tulisan saya sudah seperti novel . Namanya anak remaja, banyak emosi yang dituangkan dalam catatan Ditta remaja. Belakangan ini diketahui bahwa  menulis apa pun yang kita rasakan bisa menjadi self healing yang baik. Bahkan saat ini, beberapa psikolog ada yang menyarankan kepada para pasiennya untuk menulis sebagai salah satu cara mengatasi depresi dsb.

Rupanya kebiasaan menulis tersebut memberi banyak manfaat. Misalnya ketika kuliah,  pernah membuat buku Petualangan Kimia bersama rekannya dan diikutsertakan dalam Lomba Kreativitas Mahasiswa di Jurusan. Alhamdulillah meraih posisi kedua. Di saat kuliah juga,  menulis proposal bersama teman-teman dan kami berhasil mendapat dana hibah untuk asosiasi profesi dari Dikti hingga 40 juta. Di tahun 2009-2010 jumlah tersebut tentu sangat besar.

Awal masuk dunia kerja cukup vakum menulis, karena mengajar di Boarding School dengan aktivitas yang padat membuatnya mengambil jeda sejenak dalam dunia kepenulisan, sehingga akhirnya di awal masa pandemi, mengikuti kelas menulis bersama PGRI dan masuk di angkatan ke-7.

Narasumber menyampaikan sangat bersyukur, karena berawal dari arahan untuk membuat resume, kemudian kembali aktif menulis di blog. Bahkan berkesempatan menulis bersama Prof. Eko. Alhamdulillah menjadi satu di antara sembilan orang  pada angkatan pertama  kegiatan tantangan Prof. Eko yang bukunya terbit di penerbit mayor. Kita sepakat  menulis memiliki banyak manfaat baik disadari atau tidak. Ada yang menulis karena hobi, kebutuhan, tuntutan profesi, dan lain sebagainya. Apa pun alasannya, aktivitas menulis memang tidak bisa lepas dari kita sebagai makhluk yang berbahasa dan berbudaya. Nah, lalu apa kaitannya sharing pengalamannya  dengan writer's block?

Pertama, mari kita samakan persepsi bahwa aktivitas menulis itu maknanya luas. Sebagaimana dalam kisah di awal, ada tulisan pribadi dalam bentuk diary, ada karya tulis ilmiah, ada cerpen, artikel, resume, dsb.

Menulis adalah kata kerja yang hasilnya bisa sangat beragam. Oleh karena itu tak hanya novelis, cerpenis, jurnalis atau blogger, namun ada juga copywriter yg tulisannya mengajak orang untuk membeli produk, ada content writer yang bertugas membuat tulisan profesional di website, ada script writer penulis naskah film atau sinetron, ada ghost writer, techincal writer, hingga UX writer, dll. Faktanya, penulis-penulis tersebut masih bisa terserang virus  Writer's Block. (WB). Tak peduli tua atau muda, profesional atau belum, WB bisa menyerang siapa pun yang masuk dalam dunia kepenulisan. Oleh karena itu, penting bagi seorang penulis untuk mengenali WB dan cara mengatasinya. Karena WB ini bisa menjangkit dalam hitungan detik, menit, hari, minggu, bulan, bahkan tahunan. Tergantung seberapa cepat kita menyadari dan mengatasinya.

Writer's Block. (WB) adalah Keadaan saat penulis kehilangan kemampuan menulis atau tidak menemukan gagasan baru untuk tulisannya (Wikipedia). Sederhananya, WB adalah kondisi dimana kita mengalami kebuntuan menulis. Tak lagi produktif atau berkurang kemampuan menulisnya. Hal ini bisa terjadi dengan disadari atau pun tidak.  Istilah writer's block sebenarnya sudah ada sejak tahun 1940an. Diperkenalkan pertama kali oleh Edmund Bergler, seorang psikoanalis di Amerika.

Berkaca dari pengalaman, WB ini bisa terjadi berulang. Me-reinfeksi kita sebagai penulis, sehingga dapat katakan WB ini sebagai "virus" yang sesekali bisa aktif bila kondisinya memungkinkan. Ibarat penyakit, tentu akan lebih mudah disembuhkan bila kita mengetahui faktor penyebabnya, bukan? Begitu pula dengan WB, agar bisa terhindar atau segera terlepas dari WB, maka kita perlu mengenali penyebabnya.

Beberapa penyebab  WB: (1). mencoba teknik atau metode baru dalam menulis: (2). stress, lelah fisik atau mental: (3).  terlalu perfeksionis. Mencoba metode atau topik baru dalam menulis sebenarnya bisa menjadi penyebab sekaligus obat untuk WB. Misalnya  ketika jadi penyebab: ada orang yang senang menulis cerpen atau puisi. kemudian tiba-tiba harus menulis KTI yang tentu saja memiliki struktur dan metode penulisan yang berbeda. Bila tak lekas beradaptasi, bisa jadi kita malah terserang WB.  Lalu bagaimana bisa menjadi salah satu obat WB? Jawabannya akan berkaitan dengan faktor penyebab WB yang kedua dan ketiga.

Dalam Kamus Psikologi, stres diartikan sebagai ketegangan, tekanan, tekanan batin, tegangan dan konflik. lelah fisik atau mental akibat aktivitas harian yang padat juga dapat memicu stress. Pada akhirnya, jangankan menulis, kita bisa merasa jenuh dan suntuk dan terseranglah virus  WB. Mencoba hal baru dalam menulis bisa jadi alternatif solusi. Mempelajari hal-hal baru yang berbeda dengan  sebelumnya pasti menyenangkan. Kita terkadang memilih untuk sejenak rehat dan melakukan hal yang disukai untuk refreshing. Membaca buku-buku ringan untuk cemilan otak juga bisa jadi solusi mengatasi WB. Biar bagaimanapun, WB bisa terjadi karena kita belum bisa mengekspresikan ide dalam bentuk kata. Dengan membaca, kita bisa menambah kosa kata. Pada akhirnya, jika diteruskan insya Allah bisa sekaligus mengatasi WB.

Terakhir yang bisa menyebabkan WB adalah terlalu perfeksionis. Narasumber masih ingat kisahnya  saat menulis diary berbahasa Inggris. Jika  membuka kembali diary berbahasa Inggris yang ditulis saat duduk di kelas 2 SMP,  akan tersenyum  senyum bahkan tertawa sendiri. Bagaimana tidak? Grammar nya saja banyak yang tidak sesuai, tapi  tetap PD menulis tak hanya satu, ada dua atau tiga diary. Tapi, justru itulah salah satu kunci menghadapi WB. Bila saat itu saya terlalu perfeksionis, terlalu memikirkan apakah tulisan saya sudah sesuai kaidah atau belum, niscaya diary berbahasa Inggris itu tidak akan pernah rampung. Kondisi menulis dimana kita tidak memikirkan salah eja, salah ketik, koherensi dsb ternyata dalam dunia psikologi dikenal dengan istilah free writing atau menulis bebas. Nah, jadi siapa di sini yang masih khawatir tulisannya tidak dibaca? Khawatir dinyinyir orang? Khawatir dikritik ahli? Khawatir tulisannya nggak bagus? Dan masih banyak kekhawatiran lainnya. Yuk, dicoba menulis bebas untuk mengatasi salah satu penyebab WB-nya. Bukankah tulisan yang buruk jauh lebih baik daripada tulisan yang tidak selesai?.  Kesimpulannya  dari uraian narasumber bahwa diri sendiri yang bisa menangani penyakit WB dengan baik, sehingga kembali semangat menulis.

Narasumber menceritakan tips  menulis  dalam bahasa inggris, teringat masa lalunya,  terkait bahasa inggris saat SMP , narasumber  dan tiga  sahabat lain ikut les privat tapi gurunya berbeda dengan  guru Bahasa Inggris yang meminta saya menulis diary berbahasa inggris.  Narasumber selalu ingat yg disampaikan oleh gurunya, bahwa belajar bahasa Inggris itu, tidak bisa hanya bicara,  tetapi perlu dilatih kemampuan mendengar dan menulisnya. Tips nya sederhana, just do it.  Karena orang Inggris asli pun tidak selalu terpaku pada grammar. Nah kita menulis di chat pun tidak selalu menggunakan  susunan kalimat subyek predikat obyek keterangan (SPOK).  Yang penting, kita berbicara atau menulis dapat dipahami, dan mereka   berbicara atau menulis juga kita pahami. That's it. Ini kata master bahasa Inggrisnya,  sebaiknya percaya diri (PD) saja.

Ada pertanyaan dari peserta, bagaimana cara memulai untuk memperkenalkan budaya digital pada anak SD ?. Mengingat sekolah tempat saya mengajar bukan kategori lingkungan yang baik. Orang tua murid cenderung mengatur guru, sementara dengan  kondisi mereka yang berpengetahuan level bawah? narasumber  menyampaikan silahkan dibuka kink berikut sudah ada jawabannya  https://www.kompasiana.com/amp/ditta13718/62f536faa51c6f7f06629172/literasi-digital-kemkominfo-bagian-1-literasi-dan-budaya-digital. Tulisan tersebut saya buat setelah mengikuti mengikuti Literasi Digital Sektor Pemerintahan Daerah Jawa Barat Tahun 2022 (BPSDM) Batch 5 Bertema Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Pemberdayaan Kapasitas Teknologi Digital Kementerian Kominfo. Selanjutnya bisa juga membaca Bagian Kedua tentang Etika Digital: https://www.kompasiana.com/ditta13718/62f53edba51c6f0496200b63/literasi-digital-kemkominfo-bagian-2-etika-digital.

Pengalamannya sebagai salah satu guru penggerak  juga  pernah mengalami  masalah, menemukan tokoh dari kelompok yang anti terhadap sekolah. Salah satu kuncinya adalah komunikasi.  narasumber menemui tokoh tersebut bahkan sampai  datang langsung ke rumahnya. Alhamdulillah hasilnya positif, malah tokoh tersebut terbuka menyampaikan terkait hal-hal yang membuatnya anti pada sekolah. Jadi kesimpulannya ada komunikasi,  sampaikan dengan niat yang baik dan tulus dari hati, arena apa yang disampaikan dari hati, akan sampai ke hati pula.

Bagaimana cara mengatasi WB saat semua pekerjaan hanya membutuhkan waktu singkat? narasumber menjelaskan, sebenarnya setengah dari pertanyaan adalah jawaban. Saya yakin sebetulnya yang bertanya sudah tahu  cara mengatasi WB, buatlah skala prioritas dan jadwal menulis. Insya Allah semua pekerjaan bisa dijalani dengan baik asal kita istiqomah dengan jadwal yang telah kita tetapkan. Cari dan kenali waktu emas dalam menulis, karena tiap orang bisa berbeda. Apakah senang menulis di setelah subuh? Sebelum tidur? Saat jeda istirahat? Menulislah di waktu terbaik tersebut.

Narasumber, mengingatkan  bila sudah mempunyai banyak karya yang masih menjadi draft di laptop dan  tetap berkesan ketika dibaca ulang, coba buka kembali kemudian kelompokkan dan disusun untuk menjadi buku solo. Seperti Buku solo pertamanya berjudul Lelaki di Ladang Tebu juga asalnya kumpulan draft cerpen di laptop, kuatkan tekad untuk menyusunnya menjadi buku.

Narasumberpun sudah merasakan writer's block ketika  pembaca tulisannya sedikit, muncul di sana keengganan untuk menulis lagi. Apakah yang harus saya lakukan? Menulis dengan topik aktual tetapi kurang dikuasai, atau terus menulis tanpa menghiraukan jumlah pembaca. Mari kita tanya diri  masing masing apa niat dalam menulis?. Seingatnya,  Prof Eko juga menyarankan agar kita menulis sesuai dengan minat kita atau yang kita kuasai. Namun, jika niat  menulis agar bisa dibaca banyak orang, banyak cara yang bisa ditempuh. Tetap konsisten menulis dan berbagi tulisan, atau ikut kelas menulis khusus untuk freelance seperti ghost writer, content writer, dll. Berbeda jika ternyata memiliki niat lain, misalnya untuk berbagi pengalaman. Maka, jangan jadikan jumlah pembaca sebagai patokan, karena setiap penulis akan menemukan takdir pada para pembacanya. Yakin, bahwa setiap tulisan yang kita buat akan tetap bermanfaat walau hanya untuk satu  orang. Narasumber  yakin, jika tetap menulis, kelak tulisan  akan dibaca oleh banyak orang, sebanyak yang  kita mau. Semoga.

Untuk menghilangkan rasa keragu-raguan saat menulis, karena ide mandek di tengah jalan. menulislah  dengan teknik free writing  atau menulis bebas. Saat mandek, coba tulis saja, tulis saja ikuti jemari mengetik apapun, contoh, sekarang ini saya sedang buntu menulis, entah mengapa tiba-tiba mandek. Seperti sedang berlari sprint lantas menabrak tembok .... dst."  Atau contoh yang lain. Jujur, saat ini aku ragu, ragu jika tulisanku ini seindah pelangi, seharum mawar, atau sebaik intan yang akan dipandang banyak orang. Banyak ketakutan yang muncul dalam benakku ... dst. Dengan teknik free writing , biarkan tangan menulis dan ide akan  muncul belakangan, tak perlu bingung benar salah yang penting nulis dulu. Dengan teknik free writing, virus WB bisa hilang.

Hal yang paling penting dipersiapkan untuk menjadi seorang penulis: (1). yakin: (2). mental  yang kuat. untuk lebih lengkap bisa dibaca di link tentang Mental seorang penulis. https://youtu.be/UkRDLmA4dUY.

Narasumber menyampaikan trik supaya bisa menulis yang bermutu,  "practice makes perfect" dan perbanyak membaca terkait dengan apa yang akan kita tulis. Misalnya, jika senang menulis puisi, maka mari membaca karya karya sastrawan terkemuka. Bila senang cerpen, mari perbanyak baca cerpen yang berhasil dimuat di media massa atau karya cerpenis populer. Membacanya harus seperti kacang goreng, dinikmati, diresapi kata-katanya, kenali diksi yang digunakan, dsb. Bukankah makan kacang goreng lebih nikmat bila perlahan, bukan sekaligus . Lain halnya jika ingin menulis karya ilmiah, mesti mau membaca jurnal.  Prof. Ngainun,  menyampaikan jika ingin menulis jurnal, setidaknya kita harus membaca beberapa volume dari jurnal yang kita targetkan.  Yang paling sulit saat menulis menurut saya adalah percaya dengan tulisan sendiri. Terkadang kita baru percaya tulisan kita baik, ketika ada orang yang berkomentar baik. Kita terlalu khawatir dengan penilaian orang lain, padahal sejatinya tak pernah ada manusia yang sempurna. Buku buku best seller pun ada edisi revisinya. Jadi cara mengatasinya dengan mengingat niat awal kita menulis. Mengingat kembali masa masa dimana kita menikmati proses menulis itu sendiri. dan tak lupa berdoa, meminta doa pada kedua orang tua.

Di akhir penjelasannya narasumber menyampaikan sedikit tips yang dikutip dari seorang penulis bernama Mark Twain: "Rahasia untuk maju adalah memulai. Rahasia untuk memulai adalah memecah tugas-tugas rumit Anda yang luar biasa menjadi tugas-tugas kecil yang dapat dikelola, dan kemudian memulai dari yang pertama."  Selamat merangkai kata-kata di buku solo .Semoga semuanya sukses.

Para pembaca demikian uraian materi yang disampaikan narasumber, semoga kebiasaan baik dapat dicontoh dan bermanfaat menjadi inspirasi dan motivasi untuk terbebas dari virus WB. Semangat…

Komentar

  1. terima kasih kunjungannya, tolong tinggalkan linknya untuk bisa berkunjung

    BalasHapus
  2. Panjang dan mantuul...👍
    https://lasendrada.blogspot.com/2023/01/mari-bahagia-menulis-sebuah-usaha.html

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Praktek Kerja Lapangan (PKL) pengalamanku yang nyata

Usaha Penerbitan Buku

Blog Sebagai Media Dokumentasi Refleksi Diri Siswa