Membuat Majalah Sekolah

 

Merupakan suatu kebanggaaan jika sekolah kita memiliki Majalah Sekolah sendiri. Banyak manfaat yang didapatkan, sebagai media komunikasi, promosi, publikasi dan wadah kreativitas guru dan siswa. Keberadaan majalah sekolah tentu sangatlah penting sebagai media penampung karya siswa sekaligus sebagai media komunikasi.  Majalah sekolah bersifat informatif, edukatif, dan tentu juga kreatif. Tapi apa mungkin sekolah saya bisa memiliki majalah sendiri ya? Bagaimana caranya? Darimana biayanya? begitu kalimat pembuka dari moderatur pada pelatihan menulis KBMN 28 hari ke 11. Ibu Mutmainah memperkenalkan narasumber  yaitu Ibu Widya Setianingsih . S.Ag.,  sebagai seorang guru di MI Khadijah Malang alumni BM 21 yang kariernya melesat bak pesawat jet  dari peserta menjadi moderator sekaligus narasumber, kurator, dan sekarang merangkap menjadi editor juga penulis buku puisi "Laras Laras Makna dalam Kata".  Sekaligus pimpinan redaksi majalah sekolah yang bertajuk KHARISMA di MI Khadijah kota Malang.

Narasumber mengawali uraianya dengan menyampaikan bahwa, sahabat literasi nusantara, saya hanyalah pecinta literasi biasa dan berawal dari zero. Sungguh bergabung di komunitas penulis seperti ini mampu melejitkan potensi kita untuk menjadi penulis yang produktif. Kuncinya adalah MAU. Bagaimanapun juga satu ons tindakan lebih berarti dari pada satu ton pemikiran.  segera bersiap keluar dari zona nyaman untuk menyambut kesuksesan. Saatnya telah tiba.  Hari ini adalah hari kesuksesan anda sekalian. Menjadi peserta di KBMN bukanlah suatu kebetulan. Akan tetapi itu adalah bagian dari skenario Allah. 

Percayalah takdir Allah tak pernah salah menuntun langkah kita. Saya sendiri sangat bersyukur menjadi bagian dari komunitas orang-orang hebat yang tanpa pamrih ini. Tidak hanya ilmu yang saya dapatkan tapi saya mendapatkan saudara-saudara sejiwa. pada bulan Desember lalu kita dipertemukan dalam acara kopi darat dan temu penulis nusantara. Tiga  hari saja tapi cukup untuk menjadi cerita yang terkenang selamanya. Semoga kita segera bertemu, hari ini saya akan berbagi pengalaman seputar majalah sekolah.

Apa yang dirasakan saat ada foto kita, foto anak kita terpampang di sebuah artikel majalah? Entah itu karena prestasi, atau sekedar foto selvi saat melakukan kegiatan sekolah. Pasti bangga, bercampur senang bukan?  Setiap sekolah tentu ingin  dikenal oleh khalayak luas. Baik sekolah negeri, lebih-lebih sekolah swasta. Selain itu sebagai lembaga formal, komunikasi, promosi, dan sosialisasi dengan orangtua, masyarakat sebagai stake holder sangat diperlukan. Semua itu dapat terjawab dengan hadirnya Majalah Sekolah. Tentu sebagian dari kita berfikir,  rasanya tidak mampu  punya majalah sendiri. SDM kurang, biaya tidak ada dan dukungan dari sekolah kurang optimal.  Itu sama dengan pikiran yang saya dan teman saya rasakan awal mula berdirinya Kharisma (nama majalah sekolah kami) . Awal mula, hanya ada dua orang yang merintis terbitnya majalah sekolah. Satu teman saya sebagai pimpinan redaksi merangkap layouter dan saya sebagai pemburu berita merangkap bendahara.

Jangan dibayangkan majalah Kharisma diawal seperti saat ini . Majalah kami hanya berukuran setengah kertas folio. Untuk mencetaknya kami hanya mampu fotokopi. Layout dengan cara gunting dan tempel. Kemampuan menulis apa adanya bukan masalah. Yang kami inginkan hanya berbagi informasi, berita, dan cerita tentang anak didik kami. Akhirnya majalah pertama sekolah kami bisa sampai ditangan anak-anak didik kami. Saat itu penggandaan majalah didanai oleh sekolah. Perjalanan Majalah sekolah yang apa adanya tersebut berjalan hingga dua tahun. Tetap dengan dua kru yang bertugas rangkap. Sampai akhirnya kami harus melepas majalah Kharisma di tahun ke tiga. SDM yang terbatas dan dana menjadi kendala utama. Dua tahun Kharisma melakukan hibernasi.  Hingga akhirnya kami bangun kembali. Selama  tidur panjang kami sibuk berbenah. Kru majalah kami lengkapi. Mulai dari penasehat, penanggung jawab, pimpinan redaksi, bendahara, editor, layout, hingga empat  orang pemburu berita.  Kami ajukan proposal yang detil pada pihak yayasan atau sekolah. Mencari solusi pendanaan selain dari dana BOS. Mempercantik tampilan hingga ke percetakaan. Mempertebal muatan bergizi dari isi majalah. Finally "Kharisma Reborn" .

Tahun 2010 saya dipercaya untuk menjadi Pimpinan redaksi. Hal yang berat, tapi saya percaya dengan tim saya, dengan crew yang saling membahu, sehngga sekarang saya masih memegang  amanah itu. Kunci utamanya adalah MAU. Insyaallah semua akan diberi kemudahan. Ibarat kita berjalan ada tembok menghadang. Cari jalan lainnya. Entah harus memutar, ataukah mencari jalan lain yang sepadan. Artinya setiap kesulitan ada dua kemudahan yang Allah siapkan. Tetapkan niat, dan insyaallah tiba-tiba ada jalan yg terbentang. Jangan takut mencoba, supaya kita tidak  tetap berhenti di tempat. Ada rintangan, halangan itu hal yang biasa. Apalagi saat mengawali berat, tapi bukan berarti itu tidak mungkin dan tidak ada solusi.

Adapun isi dari majalah tersebut terdiri dari , salam redaksi memuat kata sapaan pimpinan redaksi kepada pembaca sesuai kondisi terkini, menyampaikan tema edisi kali ini, dan isi majalah secara singkat. Karya siswa bisa berupa puisi, cerpen, dan karya kerajinan siswa (ketrampilan KI 4). Artikel tambahan ini yang memuat pengetahuan umum untuk siswa. Disajikan dalam dua bahasa yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.  Kuiz berhadiah, bisa berupa TTS, tebak gambar dll.

Narasumber meminta kepada seluruh peserta untuk membayangkan sekolah  masing- masing.  Setiap sudut kelasnya, siswanya, rumput dan tanaman sekitar yang ada di sana. Bayangkan lagi pimpinan kita, kawan seperjuangan yang tegak berdiri berjuang bersama kita. Tak terkecuali siswa-siswi kita tercinta. Bayangkan... Tentu banyak kisah, berita, prestasi yang bertebaran setiap harinya.... Mari kita coba tuangkan dalam tulisan pada malam ini.

Narasumber memberikan tantangan, berupa menuliskan artikel apa saja tentang sekolah sahabat sekalian di blog dalam  waktu 15 menit. Jika ada foto bisa disertakan juga. Gunakan bahasa yang ringan, menarik, informatif dan komunikatif. Hasilnya banyak yang langsung mengirim tugas di blog masing masing. Narasumber menilai banyak potensi yang bisa dikembangkan di sekolah masing masing.

Selanjutnya  narasumber menjawab pertanyaan dari peserta latihan, mengacu pada WIKIPEDIA.ISBN (International Standard Book Number) adalah kode pengidentifikasian buku yang bersifat unik. Informasi tentang judul, penerbit, dan kelompok penerbit tercakup dalam ISBN. ISBN terdiri dari deretan angka 13 digit, sebagai pemberi identifikasi terhadap satu judul buku yang diterbitkan oleh penerbit. Saat ini ISBN diganti QCRBN, yaitu QRSBN (QR Code Standard Book Number) adalah Aplikasi pengidentikasi Buku dengan teknologi terbaru dengan QR Code sebagai pemberi identifikasi unik secara internasional terhadap satu buku maupun produk seperti buku yang diterbitkan oleh penerbit. Dengan nama lain kode paten bahwa buku itu adalah karya kita yang tidak  bisa di ambil atau di bajak orang lain

Perihal mengelola Majalah Sekolah (MS) memang tidak mudah, diperlukan kemauan kuat dan kadang siap apa saja, jika tulisan terlambat datang, kitalah serepnya. Banyak contohnya untuk majalah komunitas semacam ini, penulis itu-itu terus, tetapi sebenarnya kalau kita punya tabungan naskah sangat ringan. Setidaknya ada stok untuk   1-2 penerbitan.  Memang semua itu harus memiliki seseorang yang menjadi motor suatu organisasi, yang mendorong dan memotivasi kru, sehingga kita tidak perlu bersusah payah menulis sendiri. Libatkan siswa kita untuk ikut serta menulis pasti orangtua akan lebih senang anaknya berkarya. Kita bisa memanage sendiri budget dari majalah kita. Contoh: Majalah Kharisma terdiri dari 40 halaman, dengan 10 halaman berwarna. Biaya cetaknya Rp. 10.000.- sampai Rp.11.000,- saja. Jika ingin lebih menekan budget kurangi halamannya, bisa hitam putih tidak perlu warna. Apakah orangtua tidak keberatan? Tentu tidak jika mereka paham dan mengerti tentang  pentingnya majalah sekolah. Bahkan ikut promosi dan bangga dengan adanya majalah sekolah, apalagi  jika foto anaknya terpampang di majalah.

Pertanyaan berikutnya, Saya tertarik dengan pernyataan awal dari naraumber di pembuka diskusi malam ini. Jika ingin menjadi penulis yang produktif maka kuncinya adalah MAU. Pertanyaannya: Bagaimana cara menjembatani dari kondisi TIDAK MAU menjadi MAU MENULIS. Adakah tips nya? Untuk menjadi MAU, semua berpulang pada diri kita masing masing. Tanyakan pada hati kita, apa yang akan kita tuliskan dalam hidup ini? Apa yang bisa kita berikan kepada anak cucu untuk mengenang kita? berarti niat, dan komitmen Itu kuncinya. juga bergabung dengan komunitas menulis akan menjaga niat kita menulis tetap menyala. Mengutip pernyataan bunda Kanjeng diawal kelas dulu. Jadikan keinganan mau menulis sebagai suatu kebutuhan. Jadikan keinginan menulis seperti UDARA, yang akan membuat kita sesak nafas tanpanya. Jadikan menulis sebagai RENJANA yang membuat kita ketagihan jika tidak menulis.

Narasumber memberikan arahan langkah langkah menerbitkan majalah sekolah, yaitu: (1). Menyatukan ide dan gagasan. Mencari teman-teman yang memiliki jiwa literasi dan organisasi. Membentuk susunan redaksi majalah; (2). Mengajukan Proposal. Proposal meliputi latar belakang, tujuan, susunan redaksi, anggaran dana dsbnya.; (3). Membuat rancangan majalah, Menentukan nama majalah, isi berita, pendanaan dll.; (4). Mencari rekanan pendukung. Percetakan, sponsor dll.; (5). Melakukan sosialisasi tentang manfaat, pentingnya suatu majalah pada orang tua.

Pertanyaan berikutnya, Apakah ketika bunda buat kharisma , majalah itu digratiskan artinya yang bayar sekolah atau dari orang tua?  Pada awal terbit majalah dibiayai sekolah. Sekolah mengalokasikan dana BOS untuk majalah. Saya sudah pernah cek pada juknis BOS dan ternyata ada list yang membolehkan kita mengalokasikan dana BOS untuk buku termasuk majalah. Seiring berjalan waktu orangtua menyadari pentingnya media komunikasi di sekolah. Mereka bersedia membeli majalah itu. Tidak mahal  untuk harga Rp. 15.000 ,-. dalam waktu 6 bulan sekali. 

Berapa banyak halaman ideal sebuah majalah sekolah?  Tebal tipisnya majalah tergantung pada kita. Misalnya tingkatan sekolah. Semakin tinggi tingkatan sekolah maka bisa ditambah halamannya. Contoh: Kharisma sendiri adalah konsumsi anak SD, maka kami lebih banyak menampilkan foto dan gambar sebagai berita.

Pertanyaan berikutnya, bagaimana proses yang mudah untuk mengajukan ISSN/ISSBN ? Apa syarat-syaratnya? Untuk Kharisma minta tolong penerbit yang menguruskan, biaya hanya sekitar Rp. 300 .000.- . Syaratnya ada karya sendiri dan surat pernyataan karya sendiri.  Jika ingin mengurus sendiri ; (1). Mengisi formulir surat pernyataan disertai dengan stempel penerbit dengan menunjukkan bukti legalitas penerbit atau lembaga yang bertanggung jawab disahkan dengan akta notaris; (2).  Membuat surat permohonan atas nama penerbit (berstempel) untuk buku yang akan diterbitkan ; (3). Mengirimkan atau melampirkan fotokopi  karya kita.

Pertanyaan selanjutnya,  apa perbedaan majalah sekolah, jurnal dan buletin?  kalau majalah itu ISSN, kalau buku  ISBN. Perbedaannya yaitu; Majalah : (1).  Ukuran umumnya A4, Letter dan B5 atau F4; (2). - Kertas yang digunakan lebih halus dan tebal (art paper/art carton); (3) Memuat artikel yang berisi topik popular bagi masyarakat umum. 

Tabloid: (1). Ukuran umumnya A3 ; (2). Kertas yang dipakai lebih kasar dan tipis (kertas koran) ; (3). Cenderung mengangkat artikel tentang gosip, astrologi, berita kriminal dan olahraga. 

Buletin ; (1). Ukuran umumnya F4, A5 atau A4 ; (2). Kertas yang digunakan lebih halus (art paper) ; (3).  memuat artikel yang berisi topik kejadian popular. Waktu pengajuan majalah kami  memakai ISBN. karena diedarkan dikalangan MI Khadijah sendiri.

Adakah cara yang paling sederhana untuk memulai membuat majalah sekolah? (1) membuat mading, Biasakan mengganti mading secara berkala.; (2). membuat buletin , lebih sempit beritanya dan berita tidak harus terlalu luas sehingga tidak terlalu tebal. Bisakah majalah yang ber ISBN mendapatkan nilai angka kredit? Minimal sejajar dengan jurnal.  

Pertanyaan berikutnya, sekolah saya sudah punya majalah sekolah , baru menerbitkan edisi ke lima ini sejak tahun 2018, ada tim redaksi yang bertugas menulis dan menghimpun berita tentang kegiatan sekolah selama satu tahun berjalan, namun belum mewakili setiap kelas  sehingga belum punya rasa memiliki terhadap  majalah tersebut. Bagaimana cara yang tepat yang sudah diterapkan agar berita yang dimuat di majalah sudah mewakili semua kelas? Untuk menggugah rasa memiliki kita bisa menggunakan berbagai cara. Libatkan siswa melalui gurunya. Misalnya guru Bahasa Indonesia, anak- anak kita akan membuat puisi bebas. Tiga karya terbaik akan kita tampilkan di Majalah sekolah. Kemudian minta kepada rekan-rekan guru untuk mendokumentasikan kegiatan belajar yang aktif dan menyenangkan. Tampilkan di majalah tentu anak anak pasti suka fotonya ada disitu dan tentunya dari rasa senang akan timbul rasa memiliki.

Cara ampuh yang pertama adalah pressure, bukan tekanan dengan kekerasan tapi campur tangan pimpinan perlu dalam hal ini.  Misalnya kepala sekolah memberi tugas pada gurunya untuk mengisi mading. Setiap kelas diberi tanggung jawab untuk merawat, mengisi mading masing masing. Lakukan penilaian mading yang terbaik.

Pertanyaan berikutnya, apakah diawal pembentukan majalah sekolah dulu  melakukan sosialisasi terlebih dahulu? Ya melibatkan pihak sekolah serta orang tua siswa atau komite sekolah. Karena ini ada kaitannya dengan dana. Kami membuat proposal dulu. Kita ajukan kepada Yayasan, Kepala Sekolah,  dan Komite. Sosialisasi terhadap stake holder juga orang tua siswa. 

Bagaimana kiat atau trik dari majalah kharisma untuk meningkatkan minat guru dan siswa menulis?. Minat itu ibarat air, harus ada kincir angin yg menggerakkan. Butuh motor untuk membuat air itu bergerak. Jangan pernah menyerah itu kuncinya.

Bagaimana cara meminta persetujuan kepala sekolah dan minta bantuan rekan guru dalam mengelola majalah? Jika  benar berminat , langkah pertama  pertama tanyakan pada hati. Wahai hati siapkah kita berjuang? Jika hati sudah kuat mulailah mencari rekan sejiwa, yang betul betul  cinta literasi. Diskusikan dengan kepala sekolah  apa visi, misi, dan manfaat majalah.  tuangkan dalam proposal agar lebih jelas. Apa yang harus kita lakukan agar ada daya tarik dari sekitar untuk bisa mendukung kita mewujudkan majalah ini?  Solusinya, Niat yang kuat, pantang menyerah, komitmen dan doa. Agar berdaya tarik, jadikan majalah kita sebagai magnet, beritanya bergizi, akurat dan dibutuhkan pembaca.

Bagaimana kita tahu tulisan kita atau majalah kita bisa diterima atau tidak? Maksudnya layak untuk menjadi majalah sekolah? Jadikan siswa dan rekan guru kita sebagai sampel pertama. Minta pendapat dari mereka. sebagai masukan untuk menjadi layak.

Jika mau membuat majalah online apakah langkah-langkahnya sama dengan majalah offline? baiknya terbit berapa  kali dalam setahun ? Langkahnya sama hanya tidak  perlu dicetak. Bisa bentuk pdf kita kirim ke wa grup kelas, di webnsite sekolah, atau media sosial lainnya. Terbit setahun 2 dua kali dulu, mengingat kita adalah guru yang mempunyai  kesibukan yang tidak sedikit , jika  majalah kita ingin diminati berarti harus bermanfaat. 

Nah, demikian paparan yang disampaikan narasumber, uraiannya menambah pemahaman kita yang sebelumnya belum terpikir untuk membuat majalah sekolah.  Semoga bermanfaat.


Komentar

  1. Semangat Bu. Saran saya bisakah paragrafnya sedikit -sedikit saja dan dienter 2 kali biar enak bacanya. Maaf ya Bu terima kasih

    BalasHapus
  2. Mantap Bu, smoga bisa dikembangkan di sekolah kita..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Praktek Kerja Lapangan (PKL) pengalamanku yang nyata

Usaha Penerbitan Buku

Blog Sebagai Media Dokumentasi Refleksi Diri Siswa