Trik Menulis Terasa Mudah

 


Pelatihan hari ke sembilan KBMN 28 dimoderatori Ibu Lely Suryani, S.Pd. SD membuka acara dengan mengucapkan,  puji syukur  selalu kita panjatkan ke hadirat Tuhan Penguasa Alam, yang tidak pernah tidur siang dan malam, Sembah sujud dari hati yang paling dalam. Semoga kita dapat hidup bahagia dan terbebas dari dunia kelam. Aamiin ya robbal 'alamin. Dilanjutkan menyapa,  kepada yang terhormat Om Jay atau Dr Wijaya Kusumah, selaku Founder  dari KBMN yang selalu ramah, yang terhormat para narasumber hebat, yang selalu mencurahkan ilmu - ilmu pencerahan dan menjadi bekal sebagai penulis yang lebih bermartabat, karena semua sudah menjadi komitmen tim, dengan bayaran fantastis 3 M (Makasih, Makasih dan Makasih) . Luar biasa Tim Solid Omjay, Semoga menjadi  catatan amalan shaleh untuk perhitungan di hari akhir. Aamiin. Demikian juga para peserta pelatihan pada KBMN 28 , pelatihan hari ke sembilan yang selalu setia  dan selalu giat belajar. Selanjutkan memperkenalkan dan mempersilahkan  waktu untuk narasumber  yaitu Prof. Dr. Ngainun Naim .

Narasumber membuka acara dengan menyapa semua peserta dan memulai penjelasannya.  Berbicara masalah komitmen dan konsisten menulis dalam menulis, maka harus dipegang teguh prinsip tersebut oleh penulis jika ingin ada perubahan pada dirinya yaitu perubahan ke arah yang positif tentunya. Narasumber memberikan contoh tulisan yang masih ringan bisa dilihat di link berikut. https://ngainun-naim.blogspot.com/2016/06/suatu-sore-di-bulan-ramadhan.html. Tulisan ini hanya beberapa paragraf, berkisah tentang suasana Ramadhan di Alun-Alun Trenggalek tempat tinggalnya.

Narasumber menyampaikan kunci menulis yang mudah yaitu (1). Menulislah hal-hal sederhana yang kita alami. Jadi pengalaman hidup sehari-hari itu sumber tulisan yang subur. Kita akan mudah menuliskannya karena kita menceritakan apa yang kita alami. Tinggal kita memilih aspek apa yang mau kita ceritakan.  Jadi  apa yang kita alami sehari-hari, tulis saja jangan takut salah atau jelek. Jika kunci (1) dijalankan, menulis akan mudah.

(2). Jangan menulis sambil dibaca lalu diedit. Itu menjadi hambatan psikologis dalam menuangkan pikiran. Jadi tulis itu ya nulis.  Keluarkan saja apa yang ada dalam pikiran secara bebas. Terus saja menulis. Takutlah jika tidak menulis.  Nah, selesai menulis atau karena sudah habis yang mau ditulis, tinggalkan dulu. Simpan di komputer.  Jangan dibaca dulu. cari suasana psikologis yang berbeda. Saat berbeda, misalnya menulisnya pagi, maka saat sore baru dibaca, kemudian cermati kalimat demi kalimat, tambahkan ide yang ada jika memang perlu ditambah.  Jika ada typo, perbaiki. Istilahnya endapkan dulu.  Sebelum mengunggah ke blog atau Kompasiana,  baca ulang tulisannya, bisa sekali atau dua kali. Prinsipnya sederhana: meminimalkan hal yang tidak sesuai dengan keinginan, kenapa? Karena tulisan kita adalah jejak kita.

Narasumber memberi contoh tulisan yang masih ringan walaupun ada yang berkomentar berat-berat bisa dilihat di link berikut: https://www.kompasiana.com/ngainun-naim.berbagi/63d1f30408a8b51db6795d52/menjadikan-literasi-sebagai-tradisi. Narasumber menjelaskan bahwa membuat tulisan yang berat karena erat itu untuk kepentingan akademik karena saya seorang guru besar dan yang ringan itu untuk kepentingan publik karena saya menyukai menulis apa pun. Seperti yang ditulis di link ini, https://www.spirit-literasi.id/2022/01/kado-sangat-indah-di-awal-tahun.html.

(3) . Menulis tentang perjalanan. Ini juga jenis tulisan yang mudah dibuat. Kita semua sangat sering melakukan perjalanan. Nah, apa-apa yang kita lakukan di perjalanan bisa kita tulis. Jika Bapak Ibu rekreasi, tulis saja hal-hal yang alami.  Itu mudah karena kita menjalaninya. ini contoh tulisannya, https://ngainun-naim.blogspot.com/2020/02/senja-di-pantai-warna-oesapa.html. Ini contoh catatan  ke Kupang sebelum pandemi. Jadi kunci menulis yang membuat menulis menjadi mudah, yaitu menulis secara ngemil atau sedikit demi sedikit.

Narasumber menyampaikan bahwa beliau menulis  setiap hari  beberapa jenis tulisan. Tetapi tidak banyak isinya yaitu untuk blog atau Kompasiana, menargetkan  3-5 paragraf.  Untuk artikel jurnal, menargetkan  1 paragraf.  Itu target minimal. Itu yang diperjuangkan. Pagi saya menulis artikel jurnal 1 paragraf.  Sampai di kantor saya menulis untuk blog. Paling 1-2 paragraf. dan dlakukan setiap hari. Tiga  hal  di atas mudah untuk dipraktikkan, tetapi untuk  penulisan jenis tulisan ilmiah berbeda .

Selanjutnya narasumber mulai penjawab pertanyaan dari peserta pelatihan, apakah  menulis dulu baru menentukan judul, atau menentukan judul baru menulis?, narasumber menjelaskan   tidak ada patokan bisa kondisional saja. Apakah tulisan yg kita tuliskan harus mengalir begitu saja dengan  tidak melihat apapun?.  Lalu, haruskah tulisan kita ada kandungan manfaat atau hikmah untuk pembaca? narasumber mempersilahkan untuk membuka  artikel tentang perjalanan link https://www.spirit-literasi.id/2022/11/strategi-menulis-tentang-perjalanan.html. Menulis itu ada tahapannya,  setelah menuangkan ide dalam kalimat lakukan editing. Di sini tugas kita merapikan yang tidak runtut. Menyambungkan yang tidak nyambung. Jadi kalau saat menulis masih kacau tidak apa-apa. Nanti kita perbaiki saat editing.

Narasumber menyampaikan bila kita menulis kegiatan orang lain, atau pengalaman hidup orang lain , dalam etika menulis  dengan  menuliskan nama , tempat dan lain lain, seperti sebuah berita atau bisa diubah menjadi cerita fiksi dengan namanya disamarkan sebaiknya  tetap meminta izin.

Pertanyaan berikutnya, kadang banyak orang yang menganggap menulis itu susah dengan barbagai macam alasan, bagaimana caranya agar kita bisa memberikan keyakinan kepada mareka bahwa menulis itu sebenarnya tidak susah, sehingga kita bisa mengajak orang- orang di sekitar kita juga menyukai literasi terutama menulis?. Narasumber menyampaikan  sejauh ini saya  berpikir terbalik. Saya mewajibkan diri saya terus menulis. Orang lain itu tidak saya paksa untuk menulis. Jika saya menjadi teladan, mereka akan terinspirasi dan mengikuti, dan hasilnya sampai ini saya memiliki banyak sekali "murid" yang menulis setiap hari.

Pertanyaan berikutnya,  bagaimana supaya tulisan kita  bisa dimuat di jurnal, karena  Kompasiana tidak bisa menjadi angka kredit. Silahkan baca contoh jurnal di link berikut : https://www.spirit-literasi.id/2022/08/menulis-penelitian-dan-artikel-jurnal.html.

Pertanyaan berikutnya, bagaimana cara untuk mengatasi hal-hal seperti kesulitan memulai menulis pada alinea awal. Sudah ada gagasan dalam kepala tetapi tidak tahu bagaimana menulisnya?.  narasumber menjelaskan bahwa hal ini terjadi di awal-awal sebelum mulai menulis. Kesulitan itu biasanya karena persoalan psikologis. Takut jelek, takut salah, dan seterusnya. Itu harus dilawan. Caranya pokoknya harus ditulis. Bisa dilihat dari blog saya. Saya selalu mengawali tulisan dengan prolog sederhana. Ini sebagai pintu masuk untuk paragraf demi paragraf berikutnya. Salah seorang penulis menyampaikan cara melawan kesulitan adalah dengan melakukan tiga hal, dipaksa, terpaksa supaya terbiasa. Langkah awalnya itu dipaksa, tidak ada yang benar-benar mudah dalam hidup ini. Saya bisa naik sepeda itu karena dipaksa, beberapa kali jatuh, tapi sekarang benar-benar mudah.  Dulu saya berjalan saat kecil itu juga dipaksa oleh orang tua. Sekarang benar-benar mudah.  Jadi jika menulis ingin benar-benar mudah, paksalah untuk menulis setiap hari.  Jika mampu menulis setiap hari selama tiga bulan, buktikan nanti akan ketagihan.

Apakah dalam penulisan blog ada aturan yang mengikat atau suka-suka kita, karena saya lihat tulisan pada blog rapi, pakai rerata tengah, sedangkan pada kompasiana rerata kiri padahal sudah diedit ? Narasumber menjelaskan, pertama: blogspot, ini blog gratis. Jadi tata letak dan sebagainya sederhana. Blog kedua: Spirit literasi itu berbayar. Jadi lebih bagus dari sisi isi dan tata letak. Kalau Kompasiana kurang paham.

Bagaimana menyikapi menulis  terjebak dengan ego kita, merasa tulisan yang diangkat  cuma seperti ini ? Narasumber menjelaskan lawan terbesar penulis adalah diri sendiri. Itu butuh perjuangan. Saya juga mengalaminya. Seiring perjalanan waktu, saya mengabaikan itu. Pokoknya saya menulis saja. Kualitas itu akan meningkat seiring dengan banyaknya karya yang kita hasilkan. Tentu juga harus belajar tanpa henti. Saya sampai sekarang masih terus belajar, mencari informasi, menonton YouTube, membaca, dan terus menulis. Jadi teruslah menulis. Bagaimana kualitas bisa meningkat jika berhenti menulis.

Jika menulisnya nyicil, saya sering kehilangan orientasi, jadi mesti ngumpulin lagi bayangan tentang apa yang tadi mau ditulis. Adakah cara untuk mengatasinya? Narasumber menjelaskan, tentu ada. Jadi biasakan membuat template atau semacam ancangan  atau kerangka sederhana saat membiasakan menulis secara nyicil. Misalnya: Saya mau menulis tentang empat hal yang mudah ditulis, maka paragraf satu: buat panduan: Menulis Itu mudah apa sulit? paragraf  dua: Menulis yang dialami, Paragraf  tiga : Menulis Perjalanan. dan seterusnya.  Jadi setiap paragraf sudah ada kata kuncinya biar tidak liar ke mana-mana. Itu memudahkan kita dalam mengeksekusi ide saat memilih metode nyicil.

Jika kita menulis setiap hari secara ngemil, apakah dengan  judul yang berbeda bisa dibuat sebuah buku?, narasumber menjelaskan tinggal tulisan demi tulisan dikumpulkan, diberi judul, kata pengantar, daftar isi dan biodata penulis. Sudah  bisa jadi buku. Banyak buku, termasuk beberapa buku saya, yang merupakan kumpulan dari menulis setiap hari.

Ketika kita akan menulis dengan tujuan untuk dishare di blog atau media manapun yang nantinya akan dibaca banyak orang, sebaiknya mengambil tema harian yang kita alami atau mengangkat tema yang tengah booming?, narasumber menjelaskan bisa dua-duanya. Intinya pilihlah yang kita bisa. Jika booming tetapi tidak bisa menyelesaikan tulisan  jangan dipilih, tulislah sesuai yang kita mampu. Silahkan baca contoh ada di link https://www.youtube.com/watch?v=xliu1sCtkAQ. berisi Spirit literasi dari bumi.

Bagaimana cara memunculkan ide supaya bisa menulis dengan sudut pandang yang berbeda, intinya punya kesan yg lebih bermakna? narasumber menjelaskan, banyak membaca, banyak berlatih, terus menulis. Hanya itu cara yang saya praktikkan, tidak ada yang instan.

Seorang peserta pelatihan bertanya, ditengah kesibukan Prof. Naim masih bisa enjoy dan membagi waktunya walau dalam perjalanan masih bisa menghasilkan sebuah karya dan cerita yang bagus. Apakah ada hal yang bisa kami lakukan sebagai penulis pemula agar bisa rilek menulis. Terkadang konsentrasi buyar disaat asik menulis namun tiba-tiba ada gangguan datang tiba-tiba. Kedua, kami masih sulit membagi waktu. Terkadang butuh suasana sepi ide saya baru muncul dengan natural?. Narasumber  mejawab, saya berusaha menikmati semua yang saya kerjakan. Kesibukan itu bukan hambatan menulis. Kuncinya komitmen yang dijalankan dengan riang gembira. Jika ada orang beralasan sibuk lalu tidak menulis, saya hampir yakin ketika banyak waktu luang pun juga tetap tidak menulis, dan perihal konsentrasi itu soal latihan, sebaiknya memang ketika menulis, HP dimatikan, itu termasuk gangguan terbesar. Jadi fokuslah dan teruslah berlatih.

Saya nafsunya  ingin menulis yang berat berat, tetapi setelah itu tidak bisa melanjutkan, tidak bisa tuntas, bagaimana  solusinya?, narasumber menjelaskan nafsu itu bukan untuk dibunuh tetapi dikelola. Sekarang turunkan target,jangan yang berat dulu. Imbangi yang sederhana dan ringan tetapi selesai. Itu namanya tulisan berbasis otak kanan. Nah, yang berat itu basisnya otak kiri. Mulainya sebaiknya dari otak kanan, nanti yang otak kiri akan ikut dengan sendirinya. Selamat mencoba.

Jika menulis dari hal-hal yang kita alami, apabila yang kita alami begitu datar, biasa-biasa saja, tidak ada yang spesial, bagaimana tulisan kita menjadi menarik untuk dibaca? Bagaimana cara menjadikan apa yang kita alami itu menjadi sesuatu yang spesial, yang bisa dijadikn ide untuk menulis? Menjadikan cerita tidak spesial menjadi spesial ?. Narasumber menjelaskan tentu harus banyak membaca, mengamati dan menganalisis tulisan demi tulisan orang yang menulis hal-hal semacam ini. Membaca itu amunisi menulis. Banyak membaca membuat imajinasi kita kaya. Pilihan kosakata bervariasi. Data biasa mampu diolah secara luar biasa. Kuncinya memang sering latihan. Tidak ada yang langsung baik. Butuh terus berlatih agar yang awalnya biasa menjadi luar biasa.

Pada pemaparan materi yang lalu disampaikan bahwa, pada awalnya menulis bebas saja, pertanyaannya kapan kita harus mengutip karya orang lain? bagaimana tips mengutip karya orang lain? Bagaimana mensiasati buku rujukan harus yang terbaru, sedangkan buku cetak terbitan lama?. Narasumbet menjelaskan, kalau sudah masuk kategori ilmiah populer, seperti beberapa tulisan saya di Kompasiana. kapan harus mengutip, tentu ketika kita memang merujuk ke pikiran orang lain di sebuah buku. Jika itu memang murni pikiran kita tidak perlu mengutip. Syaratnya harus betul-betul pikiran kita. Sekarang ini tersedia banyak sumber referensi online. (1)) https://scholar.google.co.id/; (2) https://www.mendeley.com/; (3) https://www.academia.edu/ .  Di situs itu banyak buku dan artikel yang bisa kita download gratis. Itu mengatasi buku cetakan lama.

Ngemil menulis sering saya lakukan baik di blog, kompasiana, maupun di komputer saja. Tapi, ketika dipilah-pilah untuk menjadikannya sebuah buku, saya malah bingung untuk membuat judul yang tepat. Bagaimana menentukan judul buku yang tepat dari cemilan tulisan tersebut? Narasumber menjelaskan bisa memakai judul umum. Misalnya KOMPILASI CATATAN HARIAN. Jadi temanya  sangat umum. Pilihan lainnya, mulai sekarang coba rancang bab demi bab yang temanya berdekatan, lalu cicil secara ngemil,  nantinya mudah jika dijadikan sebagai buku

Adakah syarat atau ketentuan agar tulisan bisa dimuat di jurnal? silahkan baca link berikut: (1) https://www.spirit-literasi.id/2022/09/kunjungi-jurnal-tujuan.html ; (2).  https://www.spirit-literasi.id/2022/09/penyebab-penolakan-artikel-jurnal.html,; (3) https://www.spirit-literasi.id/2022/09/dari-lima-belas-menit-hingga-lima-belas.html.

Narasumber menyampaikan, menulis setiap hari bukan berarti tanpa editing. Aspek yang penting dari menulis itu adalah kemampuan mengeluarkan ide dan gagasan menjadi tulisan. Ini jangan dipagari dulu dengan teori ini dan itu. Berani dulu menulis, artinya selesaikan dulu tahapan yang belum selesai. Nah, setelah tulisan jadi, baru diedit. Kalau di awal  menulis itu diawali dari harus begini, harus begitu, maka seperti mahasiswa yang menulis skripsi. Takut salah. Takut ini itu. akhirnya tidak jadi-jadi.

Sepertinya sangat mudah menulis, tetapi kenyataannya  kesusahan untuk memulai nya, bagaimana cara menghilangkan rasa takut, dan malas pada diri kita? Karena kebanyakan merasa takut tulisan nya jelek, takutnya tulisanya tidak ada yang baca, takut tulisannya tidak bersumber dan seterusnya? Narasumber menjelaskan awalnya  harus dipaksa, lawanlah ketakutan. Jika tidak dipaksa, tetap tidak akan bisa. Bangun komitmen menulis setiap hari . Jika mampu komitmen selama tiga bulan, nanti bisa menjadi tradisi. Semua yang kita lakukan lalu kita unggah di media sosial itu pasti akan dinilai berbeda-beda. Tidak mungkin semua menilai plus., demikian juga yang saya alami. Sepanjang niat kita baik dan isinya juga baik teruslah menulis.

Sebelum menutup materi , narasumber menjawab pertanyaan berikut,  menulis hal-hal yang dialami dengan cara ngemil apakah berlaku juga bagi kisah perjalanan atau rekreasi?  Mengingat jika kita menuliskan kisah perjalanan saat beberapa waktu  sudah selesai melakukan perjalanan tersebut maka nuansa atau greget cerita kita kurang terasa. Narasumber menjelaskan, saya sering menulis kisah perjalanan secara ngemil.  https://www.spirit-literasi.id/2022/12/surabaya-sunan-bungkul-dan-jejak-ilmiah.html. Tulisan ini selesai dalam 4 hari. Insyaallah bermanfaat jika diunggah di media sosial. Bukan tulisan yang panjang, tetapi saya memang menulisnya secara ngemil di sela mengajar, menguji, review riset, dan banyak kegiatan lainnya.  Soal menarik atau tidak, greget atau tidak,  itu memang kembali kepada kemauan kita untuk terus mengasahnya.  Namun ada juga yang selesai dalam sebuah perjalanan.  Ini misalnya. https://ngainun-naim.blogspot.com/2019/08/empat-keunikan-shalat-jumat-di-masjid.html.

Para pembaca, banyak sekali ilmu yang  kita diperoleh dengan menyimak uraian yang disampaikan narasumber di atas. Mari kita  berkomitmen dan konsisten  bisa menulis setiap hari. Semangat…


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Praktek Kerja Lapangan (PKL) pengalamanku yang nyata

Usaha Penerbitan Buku

Blog Sebagai Media Dokumentasi Refleksi Diri Siswa